Dalilmengenai larangan berbuat ghibah memang ada banyak, namun, dalam Islam ada ketentuan dengan kondisi tertentu yang ghibah menjadi boleh untuk dilakukan. Allah SWT berfirman yang artinya: " Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. 1 Barang yang dicuri harus berupa mal mutaqawwim, yakni barang yang dianggap bernilai menurut syara'. Barang-barang yang tidak bernilai menurut pandangan syara' karena zatnya haram, seperti bangkai, babi, minuman keras dan sejenisnya, tidak termasuk mal mutaqawwim, dan orang yang mencurinya tidak dikenai hukuman.[4] 2. Sehinggajatuh pada hari Senin tanggal 8 Agustus 2022. Puasa Asyura terkenal dengan keutamaannya yang dipercaya mampu menghapus dosa setahun yang lalu. Apalagi dalam ajaran Islam, bulan Muharram ini memiliki keistimewaan. Bahkan diyakini sebagai bulan suci dan dimuliakan setelah bulan Ramadhan. Salah satu upaya mendekatkan diri pada Allah SWT Dalamketerangan persnya, BMKG mengungkapkan Sumsel pada siang menuju sore hari juga akan berawan. Potensi hujan sedang hingga Lebat terjadi di wilayah OKI, Banyuasin, Muara Enim, Lahat, dan Musi Rawas Utara. "Potensi hujan ringan di wilayah Palembang, Ogan Ilir, Pagar Alam, Empat Lawang, Lubuk Linggau, OKU Selatan dan Musi Rawas Utara," ujar Hukumanharuslah yang bersifat mendidik, memberikannya pelajaran serta pemahaman. 5 Cara Menghukum Anak yang Tak Diperbolehkan dalam Islam. Hukuman haruslah yang bersifat mendidik, memberikannya pelajaran serta pemahaman. OOTD Irish Bella & Ammar Zoni yang Mencuri Perhatian, Kece dan Stylish!ww. Anda Perlu Tahu. Sebabdalam agama Islam, maksud yang baik tidak bisa membolehkan atau menghalalkan sarana yang haram (terlarang), seperti mencuri untuk membelanjai keluarga. "Kebohongan yang hanya diperbolehkan dalam perang adalah al-ma'ârîdh (tidak berterus-terang) bukan kebohongan murni, (kalau ini) hukumnya tidak boleh Laki-laki yang mencuri eRIN. Oleh Muhson Arifin Taman Pancing, Desa Pemogan, Denpasar, Bali [email protected] TERDAPAT sebuah kisah yang telah dikenal secara luas baik oleh umat islam di Indonesia maupun mancanegara, yaitu kisah mengenai Robin Hood. Dalam kisah itu diceritakan mengenai perjuangan seorang pencuri yang mencuri harta dari seorang pemimpin dzolim dan dibagikan kepada masyarakat fakir dan miskin. Masyarakat bersyukur dan berterimakasih kepada si pencuri karena telah membantu mereka untuk dapat bertahan hidup. Lalu bagaimana pandangan islam terhadap perilaku pencurian yang dilakukan demi membantu orang lain tersebut? Terdapat sebuah hadits yang berbunyi, “Dari Abu Dzar Jundub bin Junadah dan Abu Abdirrahman Muadz bin Jabal radhiyallahu anhuma, dari Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam beliau bersabda, “Bertakwalah kepada Allah di mana pun engkau berada. Iringilah keburukan dengan kebaikan, niscaya kebaikan tersebut akan menghapuskan keburukan. Dan pergauilah manusia dengan akhlak yang mulia.” HR. At-Tirmidzi, dan dia berkata Hadis Hasan Sahih. BACA JUGA 5 Hal Kebaikan bagi Orang yang Berdoa Namun hadits tersebut tidak dapat serta merta diartikan bahwa setiap manusia diperbolehkan untuk melakukan keburukan asalkan diiringi dengan kebaikan. Melainkan makna dari hadits tersebut yaitu bahwasanya ketika seseorang telah melakukan taubat dan menyesal atas keburukan yang telah dikerjakan selama ini, maka salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menghapus dosanya adalah dengan melakukan kebaikan. Itulah yang dinamakan dengan Taubat An-Nasuha atau taubat yang sebenar-benarnya. Terkait melakukan pencurian dengan tujuan kebaikan dalam islam tidaklah diperbolehkan. Sebagaimana dalam Alquran QS Al-Baqarah ayat 42, Allah SWT Berfirman yang artinya “Janganlah kalian campur-adukkan antara kebenaran dan kebatilan, dan kalian sembunyikan yang benar padahal kamu mengetahuinya”. Ayat tersebut menunjukkan bahwa dalam islam kebaikan dan keburukan telah jelas, dan tidak diperbolehkan untuk dicampuradukkan antara keduanya. Ayat tersebut juga didukung dengan hadits Rasulullah SAW yang berbunyi “Sesungguhnya Allah tidak menerima sesuatu kecuali yang baik.” HR. Muslim, At-Tarmdzi dan Ahmad. Dalam hadits yang lain Rasulullah juga menyatakan bahwa setiap umat yang memakan makanan haram di dalam perutnya tidak akan diterima amalnya hingga 40 hari. Hal ini juga menyiratkan bahwa segala sesuatu yang diperoleh dengan cara haram akan dapat berimplikasi pada orang yang memakan barang tersebut. Oleh karena itu dalam mencari nafkah keluarga atau memberikan sedekah bagi fakir miskin juga perlu dipastikan bahwa diperoleh dengan cara halal agar tidak menjadi halangan baik bagi keluarga maupun penerima sedekah dalam beramal baik. Dalil-dalil diatas menunjukkan bahwasanya dalam melakukan suatu kebaikan haruslah dilakukan dengan menggunakan cara yang baik juga. Sesuai dengan kaidah mengenai tujuan al-maqâshid dan sarana al-wasîlah yang berbunyi “sarana memiliki hukum sama dengan tujuannya”. Sehingga dalam memperoleh suatu tujuan yang baik umat muslim tidak diperbolehkan untuk menggunakan cara yang tidak baik. Hal ini termasuk juga dalam melakukan pencurian untuk diberikan sebagai sedekah bagi umat yang membutuhkan. BACA JUGA 2 Mencuri yang Dibolehkan Meskipun demikian melakukan pencurian atau perbuatan buruk demi kebaikan tidaklah sepenuhnya dilarang. Maksudnya, terdapat beberapa perbuatan semacam itu yang diperbolehkan dalam islam. Yang pertama adalah apabila dalam kondisi terpaksa, sebagaimana dalam kaidah fiqih disebutkan bahwa keadaan darurat dapat membolehkan sesuatu yang dilarang. Dalam AlQuran juga disampaikan dalam QS Al-An’am ayat 119 yang berbunyi “Padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya.” Oleh karena itu dalam kasus kisah Robin Hood, bisa disimpulkan bahwa apabila dalam kisah tersebut kondisi pemimpin memang benar-benar dzolim, dan masyarakat tidak memiliki pilihan lain selain mencuri, maka mencuri tersebut dibolehkan dengan alasan berada dalam situasi darurat. Namun apabila masih terdapat pilihan lain dalam mencari uang secara halal, misalnya masih dapat dilakukan dengan menawarkan barang atau jasa, maka tidak diperbolehkan untuk melakukan pencurian meskipun dengan niatan baik. Allahu A’lam Bish-Shawab. Manusia hanya dapat berpikir dan Allah lah yang maha mengetahui kebenarannya. Semoga apa yang dituliskan disini merupakan kebenaran di sisi Allah dan menjadi sarana dalam penyebaran dakwah Islam. Aamiin. [] Mencuri adalah salah satu perbuatan tercela dan terlarang dalam ajaran Islam bahkan agama yang lain. Mencuri mempunyai hukuman bagi pelakunya, baik hukuman secara Islami, hukum secara negara maupun hukum secara adat. Sedangkan salam menurut Kamus Bahasa Indonesia, artinya damai; pernyataan hormat; dan ucapan assalaamu alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh. Dalam perspektif Islam, mengucapkan salam assalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh atau ringkasnya assalaamu'alaikum artinya menyampaikan pesan damai, rasa hormat, dan doa. Para fuqaha telah sepakan bahwa pencuria haram hukumnya, serta hukuman potong tangan pada pelakunya adalah wajib dilaksanakan dan tidak boleh bagi hakim atau dengan perantaan seseorang untuk menggugurkannya bila telah memenuhi syarat pencurian. Akan tetapi dibalik mencuri yang terlarang tersebut, ada juga mencuri yang dibolehkan yang mana pelakunya tidak akan mendapatkan hukuman. Baik hukuman dari pandangan agama maupun negara. Bahkan perbuatan mencuri tersebut termasuk perbuatan terpuji dan akan mendapatkan pahala. Adapun mencuri yang terpuji yang dimaksud adalah mencuri salam. Mencuri salam adalah orang yang menjawab salam yang bukan ditujukan kepada dirinya. Seperti kita yang mengucapkan salam kepada sahabat kita. Kebetulan ada orang lain yang mendengar salam kita. Orang tersebut pun menjawab salam kita tadi. Padahal salam kita tersebut ditujukan untuk sahabat kita. Sebagai contoh yang lain, disaat kita mendengar ucapan salam dari masjid, televisi, radio atau mungkin orang yang sedang bertelepon yang tujuan salamnya bukan untuk kita, terus kita jawab salam tersebut. Maka yang demikian kita tetap akan mendapatkan pahala. Adab Mengucapkan Salam dan Menjawab Salam. Karena Rasulullah Saw pernah bersabda “Adapun yang paling baik diantara keduanya adalah yang lebih dulu mengucapkan salam” Muttafaq Alaih Sangat dianjurkan bagi kita untuk mengucapkan salam dengan sempurna, yaitu dengan mengucapkan, “Assalaamu’alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuhu.” Hal ini berdasarkan hadits dari Imran bin Hushain ra, ia berkata “Seorang laki-laki datang kepada Nabi Saw dan mengucapkan , Assalaamu’alaikum’. Maka dijawab oleh Nabi Saw kemudian ia duduk, Nabi Saw bersabda, Sepuluh’. Kemudian datang lagi orang yang kedua, memberi salam, Assalaamu’alaikum wa Rahmatullaah.’ Setelah dijawab oleh Nabi Saw ia pun duduk, Nabi Saw bersabda, Dua puluh’. Kemudian datang orang ketiga dan mengucapkan salam Assalaamu’alaikum wa rahmatullaahi wa baraakaatuh’. Maka dijawab oleh Nabi Saw kemudian ia pun duduk dan Nabi Saw bersabda Tiga puluh’.” HR. Bukhari, Abu Dawud dan At-Tirmidzi no. 2689 dan beliau meng-hasankannya Dari Abu Hurairah Ra bahwa Rasulullah Saw bersabda “Hendaklah salam itu diucapkan yang muda kepada yang tua, yang berjalan kepada yang duduk, dan yang sedikit kepada yang banyak.” Muttafaq Alaihi. Menurut riwayat Muslim “Dan yang menaiki kendaraan kepada yang berjalan.” Dari Ali Ra bahwa Rasulullah Saw bersabda “Cukuplah bagi sekelompok orang berjalan untuk mengucapkan salam salah seorang di antara mereka dan cukuplah bagi sekelompok orang lainnya menjawab salam salah seorang di antara mereka.” HR. Ahmad dan Baihaqi Akan tetapi Islam tetap menganjurkan kaum muslimin mengucapkan salam kepada yang lainnya walaupun orang yang lebih dewasa kepada yang lebih muda atau pejalan kaki kepada orang yang berkendaraan, sebagaiman sabda Nabi Saw“Yang lebih baik dari keduanya adalah yang memulai salam.” HR. Bukhari dan Muslim Membalas Salam Dengan yang Lebih Baik atau Semisalnya Maksudnya, tidak layak kita membalas salam orang lain dengan salam yang lebih sedikit. Sebagaimana Allah Swt berfirman yang artinyaوَإِذَا حُيِّيتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا “Apabila kalian diberi salam/penghormatan, maka balaslah dengan yang lebih baik atau balaslah dengan yang serupa.” QS. An-Nisa’ 86 Ketentuan Hukum Mengucapkan Salam dan menjawab Salam. 1. Apabila ada yang mengucapkan salam kepada kita sedang kita dalam kondisi sendiri, maka kita wajib menjawabnya karena menjawab salam dalam kondisi tersebut hukumnya adalah fardu ain. 2. Apabila salam diucapkan pada suatu rombongan atau kelompok, maka hukum menjawabnya adalah fardu kifayah. 3. Apabila salah satu dari kelompok tersebut telah menjawab salam yang diucapkan kepada mereka, maka sudah cukup. jadi tak usah rame rame jawab..cukup diantaranya mewakili.. 4. Apabila hukum memulai salam adalah sunnah dianjurkan namun untuk kelompok hukumnya sunnah kifayah, 5. Apabila sudah ada yang mengucapkan maka sudah Ali bin Abi Thalib, Nabi Saw bersabda “Sudah mencukupi untuk suatu rombongan jika melewati seseorang, salah satu darinya mengucapkan salam.” HR. Ahmad dan Baihaqi Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang makna mencuri salam dan adab mengucapkan salam serta menjawab salam. Mudah-mudahan kita selalu konsisten untuk selalu menebarkan salam. Aamiin. Pengertian mencuri menurut bahasa adalah mengambil milik orang lain tanpa izin atau dengan tidak sah. Sedangkan menurut istilah mencuri adalah perbuatan orang mukallaf baligh dan berakal mengambil harta orang lain secara sembunyi-sembunyi, mencapai jumlah satu nisab dari tempat simpanannya, dan orang yang mengambil itu tidak mempunyai andil kepemilikan terhadap barang yang diambil. Mencuri hukumnya haram karena mengambil harta milik orang lain tanpa seizin pemiliknya dan menggunakan cara memiliki harta dengan batil. Dalil Naqli Tentang Mencuri. Dasar hukum dilarangnya mencuri adalah Firman Allah Swt. وَلَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوا بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوا فَرِيقًا مِنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِالْإِثْمِ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ Artinya "Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan janganlah kamu membawa urusan harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan jalan berbuat dosa, Padahal kamu mengetahui." 188 Allah Swt menetapkan hukuman bagi pencuri yang termaktub dalam QS. Al- Maidah 38 ;وَالسَّارِقُ وَالسَّارِقَةُ فَاقْطَعُوا أَيْدِيَهُمَا جَزَاءً بِمَا كَسَبَا نَكَالًا مِنَ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ Artinya "Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya sebagai pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." QS. Al-Maidah 38 Bentuk dan Contoh Mencuri. Adapun bentuk-bentuk dan contoh mencuri ; a. Mencopet, mengutil, membajak adalah perbuatan orang mukallaf, baligh, dan berakal sehat secara sembunyi-sembunyi mengambil harta orang lain dengan ukuran satu nisab. b. Mengambil benda, ide/gagasan plagiat orang lain tanpa seizin pemiliknya. c. Merampok, adalah perbuatan orang mukallaf, baligh, dan berakal sehat mengambil harta orang lain dengan jalan dipaksa, diancam dengan senjata, atau penganiayaan. d. Menyamun, adalah perbuatan orang mukallaf, baligh, dan berakal sehat mengambil harta orang lain dengan jalan dipaksa, dianiaya dilakukan ditempat sunyi dan tidak banyak orang. e. Korupsi merupakan tindakan melawan hukum untuk memperkaya diri sendiri/orang lain perseorangan atau sebuah korporasi, yang secara langsung maupun tidak langsung merugikan keuangan atau perekonomian negara, yang dari segi materiil perbuatan itu dipandang sebagai perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai keadilan masyarakat. Korupsi sama dengan Pencurian Penggelapan. Akibat Negatif Mencuri. Adapun akibat negatif mencuri antara lain a. Merusak hati, moral, perilaku martabat diri sendiri, keluarga, masyarakat, nusa dan bangsa. b. Merugikan dan menimbulkan madharat bagi orang lain. c. Dikucilkan dan dimusuhi oleh masyarakat. Menghindari Perilaku Mencuri. Agar terhindar dari kebiasaan atau perilaku mencuri hendaknya kita melakuakan antara lain a. Selalu menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. b. Selalu menjaga dan memelihara harga diri, keluarga, masyarakat bangsa dan negara. c. Selalu memiliki rasa syukur nikmat. d. Senantiasa istiqomah dan qana'ah. Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang pengertian mencuri, dalil tentang mencuri serta dampak negatif dari perbuatan mencuri. Mudah-mudahan negara kita ini di jauhka dari sifat-sifat mencuri yang termasuk didalamnya korupsi. Aamiin. Sumber, Buku Siswa Akhlak, Kementerian Agama Republik Indonesia. Bismillah wal hamdulillah wash shalatu wassalamu ala rasulillah. Amma ba’du. Pembaca yang dirahmati Allah, mencuri adalah salah satu pelanggaran dalam agama kita, karena itu ada aturan hukuman bagi seseorang yang mencuri apalagi sampai sekitar Rub’u Dinar seperempat Dinar, maka pencuri harus dipotong tangannya. Nah…bagaimana jika yang mencuri itu anak kita? Walaupun tidak sampai seperempat dinar, namun sebagai orang tua akan merasa kecewa dengan tingkah laku anak kita. Beragam respon dari orang tua yang mendapati anaknya mencuri. Bukan saja rasa malu yang dirasakan orang tua, lebih dari itu ia akan merasa gagal dalam mendidik anaknya. Nah…kali ini kita akan belajar dari Nabi Sallallahu’alaihi wa sallam, segala hal yang berkaitan dengannya menarik untuk dikaji dan dipelajari berkaitan dengan cara mendidik anak yang mencuri. Sikap Nabi Terhadap Anak Yang Mencuri Perhatikan kisah berikut ini ketika Nabi Sallallahu’alaihi wa sallam mendapati seorang anak yang mencuri. Apa yang beliau lakukan? Apakah ada cercaan dan hinaan, atau cacian dan amarah murka? Berikut ini kisah menarik yang diceritakan langsung oleh pelakunya dan ia sangat terkesan dengan cara Nabi Sallallahu’alaihi wa sallam memberikan solusi. وعن رافع بن عمرو الغفاري – رضي الله عنه – قال “كنت غلاما أرمي نخل الأنصار فأتي بي النبي – صلى الله عليه وسلم – فقال ” يا غلام ! لم ترمي النخل ؟ قلت آكل قال فلا ترم ، وكل مما سقط في أسفلها “ثم مسح رأسه فقال ” اللهم أشبع بطنه Rafi’ bin Amr al Ghifari -radhiallahu Ta’ala Anhu- ia berkata, “Dulu waktu aku masih usia anak-anak aku melempari pohon kurma milik orang Anshar masyarakat asli Madinah. Kemudian hal ini diadukan kepada Nabi Sallallahu’alaihi wa sallam “Ada anak kecil yang melempari pohon kurma kami”. Maka aku dibawa ke Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam. Beliau bertanya “Nak, mengapa kamu melempari pohon kurma? Aku menjawab Aku makan Beliau berkata Jangan kamu lempari pohon kurma itu, makanlah apa yang jatuh dibawah. Kemudian dia mengusap kepalaku dan beliau mendoakanku Ya Allah kenyangkanlah perutnya.” HR. At-Tirmizi, Abu Daud, Ibnu Majah dan yang lainnya. Faedah Hadis Anak Yang Mencuri Mari kita ambil pelajaran berharga dari kisah di atas 1. Kisah ini menarik karena pelaku -Rafi’ bin Amr al Ghifari- yang mengisahkan sendiri. 2. Laporkan dengan cara yang tepat. 3. Arahkan kepada orang yang memiliki wibawa dan kedudukan. 4. Bersikaplah adil dalam menghadapi situasi. 5. Yang mencuri adalah anak-anak, maka gunakan cara yang tepat. 6. Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam tidak langsung menghakimi, namun bertanya latar belakang Rafi al-Ghifari mencuri. 7. Jika telah diketahui alasan atau latar belakangnya, maka beri jaminan kenyamanan dalam memberikan solusi. 8. Jika melarang, maka berikan solusi. Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam melarang mencuri, tapi ia memberikan solusi bahwa kurma yang di bawah pohon itu halal. 9. Jangan lupa akhiri dengan do’a, karena solusi terbaik adalah dari Allah. 10. Az-Zar’i rahimahullah mengatakan “Hadits ini menunjukkan kebolehan memakan buah yang jatuh dan kebolehan ini lebih diutamakan saat lapar. Sebagian yang lain mengatakan kebolehan itu hanya ada pada saat darurat dan dimakan di tempat, tidak boleh dibawa pulang.” Hasyiyah Ibnul Qoyyim, VII/203. 11. Imam at-Tirmizi memberikan suatu bab dalam kitabnya bolehnya makan buah bagi yang lewat di bawahnya. Lalu membawakan hadits dari Umar bin al-Khaththab radhiallahu anhu, Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda مَنْ دَخَلَ حَائِطَا فَلْيَأْكُل وَلاَ يَتَّخِذْ خُبْنَةً “Barangsiapa yang masuk pagar milik seseorang, maka ia boleh makan di dalanya namun tidak boleh membawa pulang.” HR. at-Tirmizi no. 1289 Ditulis Oleh Ustadz Abu Rufaydah, Lc., MA. حفظه الله Kontributor Ustadz Abu Rufaydah, Lc., MA. حفظه الله Beliau adalah Pengasuh Yayasan Ibnu Unib Cianjur dan website Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Abu Rufaydah, Lc., الله klik disini Keput1han saya semakin hilang setelah mengamalkan Nenas Batu !! Hukum Mencuri Dalam Islam Maksud mencuri dari segi syarak Mengambil harta milik orang lain secara sembunyi-sembunyi dari harta yang dijaga dengan syarat-syarat tertentu. Dari definisi mencuri di atas,mencuri adalah mengambil harta secara itu tidak dikatakan mencuri jika seseorang itu merompak,menggelap wang syarikat pecah amanah,merampas dan meragut. Dalil Wajib Potong Tangan Pencuri Firman Allah وَالسَّارِقُ وَالسَّارِقَةُ فَاقْطَعُوا أَيْدِيَهُمَا جَزَاءً بِمَا كَسَبَا نَكَالًا مِّنَ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ فَمَن تَابَ مِن بَعْدِ ظُلْمِهِ وَأَصْلَحَ فَإِنَّ اللَّهَ يَتُوبُ عَلَيْهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ Lelaki yang mencuri dan wanita yang mencuri,potonglah tangan keduanya sebagai pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah Maha Perkasa lagi Maha barangsiapa bertaubat di antara pencuri-pencuri itu sesudah melakukan kejahatan itu dan memperbaiki diri,maka sesungguhnya Allah menerima Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang al-Mâidah ayat 38-39 Syarat-syarat Pencuri 1. Baligh Jika pencuri itu kanak-kanak yang masih belum baligh maka dia tidak akan dikenakan hukum potong tangan. 2. Berakal Jika yang mencuri itu adalah orang gila maka dia tidak akan dikenakan hukum potong tangan. 3. Tanpa paksaan Jika dia mencuri kerana dipaksa oleh orang lain dengan ancaman yang membahayakan nyawanya maka dia tidak akan dikenakan hukum potong tangan. 4. Pencuri itu tahu hukum mencuri dalam islam adalah si pencuri tidak mengetahui kerana jahil dalam agama maka dia tidak akan dikenakan hukum potong tangan tapi akan dikenakan hukum takzir dan wajib ganti barang yang dicuri. Syarat-Syarat Harta Yang Dicuri 1. Barang yang dicuri mencukupi nisab Menurut jumhur Ulama termasuk dalam mazhab as Syafie nisab pencurian itu adalah seperempat dinar atau 3 dirham. Dalil Dari Aisyah bahawa Rasulullah bersabda yang bermaksud “Tidak akan dipotomg tangan pencuri melainkan seperempat dinar atau lebih” “Rasulullah memotong tangan seorang yang mencuri perisai yang nilainya sebesar 3 dirham Muttafaqun Alaihi Satu dinar adalah sama dengan gram emas 24 karat.Perkiraan nisabnya adalah ¼ x = harga semasa emas sekarang ini ialah x RM86 = kecurian adalah Pencuri yang mencuri barang-barang yang nilainya tidak sampai nisab dia tidak akan dikenakan potong tangan tapi dia akan dikenakan hukuman takzir. 2. Mencuri harta dari tempat penjagaan\simpanan Harta yang dicuri itu mesti berada di dalam penjagaan,penyimpanan atau pengawasan pemiliknya. Bentuk penjagaan ini terdiri dari dua kategori Pertama Tempat penjagaan khas seperti peti besi untuk menyimpan perhiasan dan wang, kandang untuk menjaga binatang dan stor untuk menyimpan barang-barang. Kedua Bukan tempat penyimpanan khusus tetapi dia termasuk barang yang dijaga contoh seseorang duduk/tidur di dalam masjid dan meletakkan beg di termasuk dalam penjagaan. Tidak akan dipotong tangan pencuri yang mencuri harta yang tidak Ulama feqh jika satu pintu stor atau kandang terbuka,atau bahagian dindingnya rosak maka ini akan menghilangkan sifat penjagaan,maka pencuri itu tidak akan dipotong tangan, namun mereka akan dikenakan hukuman takzir. 3. Harta yang dicuri adalah harta yang ihtiram layak dimiliki disisi syarak Jika seseorang Muslim menyimpan arak atau Babi atau anjing atau kulit bangkai yang belum disamak di rumahnya kemudian dicuri,hal ini tidak akan menyebabkan pencuri dihukum potong tangan kerana harta tersebut bukanlah satu pemilikan yang layak untuk orang Islam. 4. Harta yang dicuri itu adalah bukan miliknya Tidak dikenakan hukum potong tangan ke atas orang yang mencuri hartanya sendiri seperti mencuri hartanya yang telah disewakan kepada orang lain atau mencuri hartanya yang dia beri pinjam kepada orang lain atau mencuri harta syarikat perkongsiannya. Dalam erti lain,harta yang dicuri tidak ada bahagian hak pencuri atau yang membolehkan pencuri itu memakannya. Oleh itu tidak akan dipotong tangan hamba yang mencuri harta tuanya,ayah yang mecuri harta anaknya,anak yang mencuri harta ayahnya,salah seorang suami-isteri mencuri harta pasangannya,rakan kongsi yang mencuri harta syarikat dan Seorang yang mencuri harta dari Baitul Mal juga tidak akan dipotong tangan kerana Baitul Mal adalah harta bersama orang islam di mana di dalamnya terdapat hak si pencuri sebagai rakyat meskipun kecil bahagiannya. Hudud akan tertolaktidak akan dilaksanakanjika berlaku syubhah.. Hikmah Had Potong Tangan Bagi Pencuri Untuk kita memahami hikmah dari pensyariatan hukum potong tangan bagi kesalahan mencuri,suka saya kongsikan di sini sejarah hukuman had mencuri di di Arab Saudi. Di Tanah Arab satu ketika dahulu,jenayah mencuri dan merompak jemaah haji lelaki dan wanita di Baitullah begitu itu,sebahagian jemaah haji tidak lagi mahu kembali ke Makkah kecuali untuk menunaikan nazar yang itu Hijjaz Kerajaan Saudi telah melaksanakan hudud+qisas sehingga keamanan dapat itu,jenayah mencuri mula berkurangan dan kegiatan merompak lumpuh,sehingga negeri itu menjadi aman. Kejayaan menangani jenayah ini melalui pelaksanaan hukum hudud sangat mengagumkan dan memeranjatkan banyak perkara paling menakjubkan ialah sepanjang 24 tahun hukuman ini dijalankan,hanya 16 orang dikenakan hukuman potong tersiratnya,Kerajaan Saudi berjaya menyelamatkan beribu-ribu tangan’ yang tidak berdosa dengan 16 bilah tangan sahaja! Jelaslah ketegasan ini adalah rahmat kepada masyarakat itu,pengorbanan tangan dan kaki adalah terlalu sedikit bilangannya jika dinisbahkan kepada orang yang keluar dari hukum Allah yang melakukan jenayah melibatkan ribuan orang yang tidak berdosa kehilangan harta benda dan tubuh,malah nyawa mereka. Malah kekerasan hukuman ini juga hakikatnya adalah rahmat kepada orang yang hendak melakukan jenayah,kerana ia menimbulkan ketakutan kepada orang lain untuk seorang pencuri dipotong tangan atau seorang perompak dibunuh,ia sebenarnya menyelamatkan beribu-ribu bakal penjenayah lain. Nah sekarang ini anda sudah jelaskan bagaimana untuk melaksanakan hukuman potong tangan ini..Islam melatakkan syarat yang amat ketat..jadi apa yang hendak anda takut dan risaukan dengan hukuman hudud?Lagi pula anda bukannya pencuri..Hukuman Allah ini telah terbukti berkesan berjaya mengurangkan kadar jenayah kecurian berdasarkan perlaksanaan di Arab saudi..Insya Allah jika ada kelapangan masa lagi saya akan berkongsi pula hukum jenayah merompak dalam islam..

mencuri yang diperbolehkan dalam islam