Ceritapanas 48 Dewasa berisikan materi-materi untuk dewasa atau menceritakan adegan seksual tanpa sensor, hanya kami tujukan bagi kalangan dewasa berusia 17 tahun keatas Tubunya yang atletis itu ia biarkan terbuka dan tersiram oleh dinginnya AC Pak Sarno (sebut saja begitu), semula hidup sederhana bersama keluarga Cerita Sex Ibu Mertua Polos
CeritaDewasa - Keluarga istriku terdiri dari ibunya yang tak lain adalah mertuaku. Namanya Heny, umurnya baru 38 tahun, kelahiran tahun 1964. Mertuaku yang peracik jamu ini adalah istri ketiga dari camat di kampungya dari pernikahannya yang menghasilkan tiga anak.
Pernahmelintas pikiran buruk untuk merayu ibu mertuaku. Usia ibu mertuaku sudah 53 tahun dan telah menjanda sejak kematian suaminya tiga tahun lalu. Pikiran ngeres itu muncul setelah aku sempat memergokinya mengenakan pakaian yang sangat minim. Suatu hari ia sedang mandi. Tiba-tiba dari arah dapur tercium bau gosong nasi yang sedang ditanak.
IBUMERTUA YANG KEPERGOK SEDANG MASTURBASI. Gw Bram (nama samaran) pria yg sudah beristri, umur gw 35 th sedang istri 28 th… gw berumah tangga dan mempunyai rumah sendiri, letak rumah ibu mertua gw gak jauh dari rumah gw, sekitar 3 km an kurang lebih … tiap hari sabtu gw dan istri selalu bersilahturahmi dengan ibu mertua gw, secara
Pulangnyapun 1 minggu 1 kali. Kadang juga tidak pulang selama satu bulan. Isteriku adalah anak tunggal.Cerita Sex Ibu Mertua. Kejadian ini berawal saat aku sedang bercumbu dengan isteriku dikamar, waktu itu aku lupa mengunci pintunya. Tak sengaja ibu mertua ku lewat didepan kamar temapt aku bercumbu dengan isteriku.
StimMelayu- Aku Dan Mertua Ku | Melayu Cerita Lucah ,Cerita Lucah ,Gambar Bogel, Awek Melayu Bogel, Gambar lucah, Video Lucah, Klip Lucah, 3gp Lucah, Buku Lucah, Novel Lucah, Awek Cun Comel, Selfie Bogel, Makcik Minah Tudung, Skodeng. Kisah ini berlaku pada diriku bermula 2 tahun dahulu dan telah berterusan sehingga kini. Aku tidak minta
HotTrve. Peristiwa yang kualami ini memang sulit dipercaya, tetapi itu memang benar terjadi. Aku menikah dengan istriku dalam usia yang relatif masih cukup muda. Aku berumur 24 tahun dan istriku 21 tahun. Setahun kami telah menikah ketika aku baru selesai di wisuda. Dalam usia yang masih muda kami masing-masing mempunyai keinginan sex yang cukup tinggi. Istri cukup mampu mengimbangi birahiku yang selalu menggebu-gebu. Hampir setiap malam kami selalu “ bertempur”. Pertempuran itu selalu berlangsung sampai 3 babak, sehingga kami kelelahan dan tidur pulas setelah itu. Kami sepakat untuk tidak buru-buru mempunyai anak, agar bebas bermain kapan saja tanpa ada gangguan. Sebagai keluarga muda aku mewarisi perusahaan orang tua istriku yang cukup besar, sehingga dari segi keuangan aku tidak pernah bingung. Meski kami memiliki rumah yang merupakan hadiah perkawinan, tetapi kami memilih tinggal di apartemen di tengah kota, agar dekat dengan kantorku. Kehidupan privat kami mulai agak terganggu ketika mertua perempuanku memutuskan ikut tinggal bersama kami, setelah suaminya meninggal. Rumahnya dikontrakkan seperti juga rumahku. Dia beralasan ingin membantu urusan rumah tangga kami. Maklum kami berdua sibuk. Aku seharian bekerja sedang istriku sibuk dengan urusan kampusnya. Kami tidak memiliki pembantu, sehingga semua urusan rumah tangga biasanya diselesaikan kami berdua. Sejak ada mertuaku, dia banyak membantu membereskan urusan rumah tangga. Mulai dari membuat masakan sampai mencuci baju dan membersihkan rumah. Ibu Mertuaku umurnya sekitar 38 tahun, terlihat masih cantik, putih seperti juga istriku. Hanya seperti umumnya wanita setengah umur bodynya agak subur, tetapi masih termasuk proporsional. Kulit mukanya masih kencang, teteknya tegak menantang dan yang sering menarik perhatianku, bokongnya membulat besar dan menonjol. Pada awalnya aku kurang memperhatikan daya tarik sex mertuaku. Namun lama-kalamaan aku jadi sering melirik dia, karena jika mengenakan pakaian rumah, dia tidak pernah mengenakan BH sehingga selain teteknya bergerak mengajun-ayun jika berjalan, puting susunya juga jelas tercetak di balik bahan kaus yang dia kenakan. Istriku termasuk anak manja dan “anak mami”. Aku bisa maklum karena dia memang anak tunggal. Banyak hal dia selalu meminta pertimbangan maminya ketimbang meminta saran dariku. Setelah 3 bulan kami tinggal bersama “mami”, aku mulai merasakan bahwa mami istriku termasuk perempuan yang bertipe menggoda. Dia sering keluar kamar mandi dengan hanya menutup bagian bawahnya dengan handuk dan bagian atasnya hanya ditutup oleh BH yang kelihatannya kekecilan. Sering dengan pakaian seperti itu dia menyibukkan diri di dapur menyelesaikan masakan, atau mencuci piring. Yang lebih parahnya kadang-kadang dalam keadaan begitu ikut pula ngobrol bersama kami di ruang keluarga sambil menonton TV. Istri tidak pernah protes. Mungkin mereka dulu di rumahnya memang gaya hidupnya begitu. Aku tidak banyak tahu, karena aku mengenal istriku melalui proses singkat, yakni 3 bulan langsung maju ke pelaminan. Terbawa oleh suasana ibunya, istriku jadi ikut-ikutan. Jika mulanya dia melenggang dengan santai hanya dengan mengenakan celana dalam dan BH di seputar rumah, akhirnya dia malah hanya mengenakan celana dalam saja dan membiarkan susunya yang kenyal bergerak leluasa. Ketika kutanya kenapa dia melakukan itu, katanya dia merasa lebih leluasa dengan gaya begitu. Dan baru ku ketahui bahwa di keluarga istriku cara berpakaian di rumah dulu memang begitu. Mereka memang cukup lama tinggal di Eropa. Istriku sejak SD sampai lulus SMA tinggal di luar negeri. Maklum karena Ayahnya orang Jerman. Ibunya dari Sulawesi Utara. Pembaca pasti membayangkan bahwa istriku cantik. Memang betul, dia cantik dan dari keluarga kaya. Aku memang ketiban durian runtuh, dapat istri cantik, kaya dan mewariskan harta berlimpah kepadaku. Aku mulai ikut menyesuaikan gaya hidup setengah telanjang di rumah. Aku memberanikan diri hanya bercawat saja di rumah. Ibu mertuaku kelihatan biasa saja melihatku hanya bercawat. Padahal di keluargaku. Jika aku hanya mengenakan singlet tanpa baju luar sudah ditegur. Di keluargaku, pantang sekali makan di meja makan tanpa memakai baju atas. Sekarang aku makan bertiga di meja makan dengan hanya bercawat saja. Setelah sekitar seminggu aku terbiasa bercawat di rumah, Ibu mertuaku bergerak makin maju. Dia bersikap lebih maju lagi, dengan membiarkan dadanya terbuka tanpa BH. Aku sempat gugup pada awalnya karena mana mungkin aku terus-terusan menghindar tidak melihat tetek besar mertuaku. Tapi jika pun aku menatap ke dadanya dia tampaknya tidak peduli. Istriku juga kelihatannya tidak mempedulikan aku jika kebetulan kepergok aku memandangi tetek maminya yang bergoyang-goyang ketika berjalan. Kalau kami berkumpul bertiga di ruang keluarga sambil menonton siaran TV, sering aku dibuat rikuh oleh tingkah polah istriku. Dia mencumbui aku, sampai menghisap penisku di depan ibunya. Anehnya mami santai saja melihat percumbuan kami. Dia tidak mengomentari dan juga tidak malu-malu melihat apa saja yang dilakukan istriku. Aku sebetulnya agak jengah dengan situasi seperti itu, tetapi ini adalah pengalaman baru. Apalagi aku dalam situasi birahi tinggi, sehingga otakku jadi agak kurang waras. Jika situasi sudah semakin hot, mami menyarankan kami berdua masuk kamar. Tanpa malu-malu istriku menyeret tanganku masuk ke kamar. Aku tidak ingat ketika dalam keadaan sangat terangsang di seret masuk oleh istriku, apakah pintu kamar sudah tertutup atau belum karena istriku langsung mendorongku telentang di tempat tidur. Aku baru terkejut ketika mami berkacak pinggang di pintu melihat kami melakukan persetubuhan. Pada saat ditonton mami, Istri sedang berada diatasku menggenjot sambil melenguh-lenguh. Aku sebetulnya terganggu konsentrasiku melihat mami menonton. Tapi istriku tidak perduli. “ Gerakannya jangan gitu meis” kata mami kepada istriku Mami mengomentari gerakan istriku. Dia mendekat dan memegangi pinggul istriku. Dia menjadi pengarah gerak. Mami mengajari agar pinggul istriku bergerak memutar dengan gerakan konstan. Istriku diajari berkali-kali tidak juga paham, dan dia bingung dengan gerakan itu. Mami berkali-kali pula mengoreksi gerakan dari istriku. Kuakui gerakan arahan mami itu jika dilakukan secara benar oleh istriku memberi rasa nikmat yang luar biasa. Penisku seperti dipelintir-pelintir. Tapi dia berkali-kali salah karena bingung. Entah karena terangsang atau karena geram mengajari anaknya tidak melakukannya secara benar, istriku di suruh minggir. Eh dia manut saja. Yang membuatku terbengong-bengong. Mami sudah telanjang naik ke tempat tidur langsung duduk di atas penisku dan ditancapkannya penisku di lubang vaginanya yang sudah licin. Mami langsung melakukan gerakan memutar. Rasa nikmatnya memang luar biasa. Aku jadi lupa diri dan tanganku otomatis meremas-remas kedua susu besar yang tersaji di depanku. Aku sebetulnya ingin bertahan, tetapi kepiawaian mami mengolah gerak membuatku jebol. Tanpa aba-aba kulepas tembakan sperma ke dalam memek mami. Dia terus memeras penisku sampai akhirnya penisku melemas dan keluar dengan sendirinya dari lubang vagina mami. “Yaaaa mami kok dihabisin sendiri, aku tadi kan sedang nanggung, “ kata istriku komplain. Mami berusaha menenangkan anaknya dalam bahasa campuran Indonesia dan Jerman. Dia mengajari anaknya untuk bisa membangunkan penis dengan waktu relafit singkat. Tanpa rasa jijik dan malu. Mami langsung mengulum penisku dengan gaya menyeruput kuah sup. Olahan lidahnya di sekitar kepala penisku dan suara menyeruput membuat aku jadi bergairah. Mami merangsang melalui hampir semua indraku. Mataku terpaku melihat belahan memek mami yang terpampang di depan mataku. Dia mengatur posisi nungingmembelakangiku. Melalui pendengaranku ikut merangsang karena mendengar seruputan mulut mami di penisku, Saraf perabaku merasa terpacu merasakan leher penisku di tekan-tekan oleh ujung lidah mami, dan yang lebih memukau lagi memeknya mami digoser-goserkan di mulutku yang sedang menganga keheranan. Tidak sampai 10 menit penisku sudah tegak mengeras. Mami lalu bangkit dan memberi kesempatan kepada istriku untuk melanjutkan permainan. Istriku mulai mahir melakukan gerakan memutar. Mungkin gerakan itu membuat dirinya terasa maksimal merasa nikmat sehingga dalam waktu relatif singkat dia sudah mengerang mencapai orgasmenya. Aku tidak memberi waktu istirahat terlalu lama. Posisi segera aku balik dengan menelentangkan dirinya dan aku langsung menikammemeknya dengan penisku yang sudah mengeras sempurnya. Aku mengenal betul posisi yang disukai istriku, sehingga aku menggenjotnya terus pada posisi yang disukai itu. Pada posisi MOT istriku sampai mendapat 3 orgasme yang jaraknya dekat-dekat. Mungkin karena lama-lama memeknya terasa ngilu akibat aku genjot terus walau dia orgasme. Dia minta aku menyudahi permainan. Padahal aku masih jauh dari finish. “Sudah-sudah kasihan dia kecapaian,” kata mami. Aku terpaksa berhenti dan mencabut kontolku yang sedang garang. Mami mendorong badanku sehingga aku jatuh telentang. Belum sempat aku menyadari situasi yang akan terjadi. Mami sudah berada diatas penisku dan dia langsung menyarangkan senjataku ke vaginanya. Mami langsung bergerak aktif dengan pusaran mautnya. Kali ini aku berusaha bertahan untuk tidak cepat jebol. Mami makin bersemangat dan akhirnya dia pun mencapai orgasme dan ambruk di dadaku. Karena masih ada kemampuan aku membalikkan posisi dan mami aku tindih dan langsung menggenjotnya. Aku terus berusaha mencari posisi yang dirasa mami maksimal rangsangannya. Setelah kutemukan posisi itu dengan tanda erangan-erangan mami aku menggenjotnya terus. Mami mencapai lagiorgasmenya dan dia berusaha menghentikan gerakanku dengan memeluk tubuhku erat-erat sehingga aku sukar bergerak. Aku merasa sekujur penisku dipijat-pijat oleh dinding vagina mami. Saat pelukannya merenggang aku kembali memacunya. Harus kuakui bahwa vagina mami masih cukup ketat mencengkeram batang penisku. Dia mempunyai teknik yang bagus mengolah lubang vaginanya sehingga mengesankan bahwa lubangnya mencengkeram. Aku merasa penisku terus menerus seperti dipijat-pijat oleh dinding vaginanya. Aku hanya mampu memberi mami satu puncak lagi yang datangnya bersama-sama dengan puncakku. Aku mengerang bersamaan dengan mami dan melepas spermaku dengan menghunjam penisku sedalam-dalamnya ke memeknya. Mami kuakui sangat jagoan menservice laki-laki. Meski aku senang dan bahagia, tetapi dalam hatiku masih bertanya, kenapa istriku memberi kesempatan maminya menikmati kontolku. Dia malah tidak terkesan sama sekali cemburu, atau kecewa. Dia tetap menyanyangiku . Buktinya selesai aku menggenjot maminya aku dipeluknya erat-erat sampai kami tertidur. Paginya ketika aku bangun, kudapati kami tidur bertiga dalam keadaan bugil di dalam selimut. Air maniku berceceran dimana-mana mengotori sprei dan selimut. Kubangunkan istriku, dan mertuaku juga ikut bangun. Kami bangkit bertiga dan bergandengan kami menuju kamar mandi. Bertiga kami mandi telanjang saling menyabuni dan saling mengeringkan badan dengan handuk. Setelah itu kami tidak lagi mengenakan pakaian sarapan pagi dan terus sepanjang hari bertelanjang di rumah. Istri tidak segan-segan mengentotiku di ruang keluarga di depan maminya. Tapi yang lebih aneh istri membiarkan maminya ketika mami inginmenyetubuhiku. Prakteknya aku seperti mempunyai dua istri yang bisa kugarap dalam satu ranjang kapan pun waktunya. Dua istri satu ranjang sudah kedengarannya aneh, yang kualami lebih aneh lagi karena dua perempuan itu adalah anak dan ibu. Aku sempat khawatir, spermaku membuahi rahim mami. Istriku menjelaskan bahwa ibunya telah disteril, jadi tidak bisa dibuahi lagi. Anak dan ibu mempunyai nafsu sex yang luar biasa dan kadang-kadang agak aneh juga. Anehnya istriku sering menyuruh mami merangsangku, ketika aku sedang asyik menikmati tayangan sepak bola di tengah malam. Aku sebenarnya ingin menolak karena semula lebih menginginkan konsentrasi menonton pertandingan, tetapi, aku tak kuasa menahan rangsangan mami, sehingga konsentrasiku ke TV buyar.‎
Cerita Ngentot – Kumpulan cerita sex dewasa nikmatnya memek ibu mertua yang serasa ngentot memeknya abg. Cerita dewasa kisah nyata perselingkuhan antara menantu dengan ibu mertua yang berujung sama-sama suka dan saling ngentot tiap malam. Bagaimanakah keseruan kisah mertua yang di entot sama menantunya sendiri ini? simak saja kisah nyatanya di bawah ini yang dirangkum dan di ambil dari beberapa situs dewasa. Kisah ini bermula ketika umurku sekarang ini 26 tahun. Ini adalah pengalamanku yang benar-benar nyata dengan Ibu mertuaku. Umurnya belum terlalu tua baru sekitar 45th. Dulunya baru umur 18 tahun dia sudah kimpoi. Ibu mertuaku bentuk tubuhnya biasa-biasa saja malah boleh dikatakan langsing dan singset seperti perawan. Tak heran sebab hingga kini ia masih mengkonsumsi jamu untuk supaya selalu awet muda dan langsing. Cerita Ngentot Memek Ibu Mertua – Singkat cerita ketika istriku baru melahirkan anak pertama dan aku harus puasa selama sebulan lebih. Bisa dibayangkan sendiri bagaimana pusingnya aku. Hingga suatu saat aku mengantar Ibu mertuaku pulang dari menengok cucu pertamanya itu. Aku biasa mengantarnya dengan motorku. Namun kali itu turun hujan ditengah perjalanan. Karena sudah basah kuyup dan hari sudah menjelang tengah malam aku paksakan untuk menerobos hujan yang deras itu. Setiba dirumah aku ingin segera membersihkan badan lalu menghangatkan badan. Di rumah itu hanya ada aku dan Ibu mertuaku karena kakak iparku tinggal ditempat lain. Sedangkan adik iparku yang biasa menemani Ibu mertuaku dirumah itu untuk sementara tinggal dirumahku untuk menjaga istriku. “Kamu mandi aja deh sana, Her” Kata Ibu mertuaku menyuruhku mandi “Ah.. nggak usah.. Ibu duluan deh” Kataku menolak dan menyuruhnya agar lebih dulu “Udah.. Ibu disini aja” Kata Ibu mertuaku yang memilih tempat cuci baju dan cuci piring diluar kamar mandi. Karena disitu juga ada air keran. “Yah.. udah deh” Kataku sambil mendahuluinya masuk ke kamar mandi. Suasana waktu itu agak remang-remang karena lampu penerangannya hanya lampu bohlam 5 watt. Aku iseng ingin tahu bentuk tubuh Ibu mertuaku yang sebenarnya ketika ia telanjang bulat. Maka aku singkapkan sedikit pintu kamar mandi dan menontonnya melepas satu per satu bajunya yang sudah basah kuyup karena kehujanan. Dia tidak tahu aku menontonnya karena dia membelakangiku. Aku perhatikania mencopot kaus T-shirt-nya ke atas melewati bahu dan lehernya. Lalu BH-nya dengan mencongkel sedikit pengaitnya lalu ia menarik tali BH-nya dan BH itupun terlepas. Adegan yang paling syur ialah ketika ia membuka celana panjang jeansnya. Sret.. celana jeans ketat itu ditariknya ke bawah sekaligus dengan CD-nya. Jreng..! Aku lihat kedua buah pantatnya yang kencang dan montok itu menantangku. Aku yang sudah tak merasakan sex selama satu bulan lebih dan lagi dihadapkan dengan pemandangan seperti itu. Aku nekat untuk mendekatinya dan aku peluk dia dari belakang. “Eh.. Her.. ini apa-apaan.. Her” hardik Ibu mertuaku. “Bu.. tolongin saya dong, Bu” rayuku “Ih.. apaan sih..?!” Katanya lagi “Bu, udah dua bulan ini saya nggak dapet dari Dewi.. tolong dong, Bu” bujukku lagi “Tapi aku inikan ibumu” Kata Ibu mertuaku “Bu.. tolong, Bu.. please banget” rayuku sambil tanganku mulai beraksi. Tanganku meremas-remas buah dadanya yang ukurannya sekitar 34b sambil jariku memelintir putting susunya. bibir dan lidahku menjilati tengkuk lehernya. Tanganku yang satu lagi memainkan klentit-nya dengan memelintir daging kecil itu dengan jariku. Batang penisku aku tekan dilubang pantatnya tapi tidak aku masukkan. Ibu mertuaku mulai bereaksi. Tangannya yang tadi berusaha meronta dan menahanku kini sudah mengendor. Dia membiarkanku memulai dan memainkan ini semua. Nafasnya memburu dan mulai mendesah-desah. “Dikamar aja yuk, Bu” bisikku Aku papah Ibu mertuaku menuju kamarnya. Aku baringkan dia tempat tidur. Aku buka kedua kakinya lebar-lebar dan sepertinya Ibu mertuaku sudah siap dengan batang penisku. Tapi aku belum mau memulai semua itu. “Tenang aja dulu, Bu. Rileks aja, Ok?” Kataku. Aku mengarahkan mukaku ke liang vaginanya dan aku mulai dengan sedikit jilatan dengan ujung lidahku pada klentitnya. “Ough.. sshhtt.. ough.. hmpf.. hh.. ooghh” Ibu mertuaku mendesah dan mengerang menahan kenikmatan jilatan lidahku. Dia sepertinya belum pernah merasakan oral sex dan baru kali ini saja ia merasakannya. Terlihat reaksi seperti kaget dengan kenikmatan yang satu ini. “Enak kan, Bu..?” Kataku “Hmh.. kamu.. sshtt.. kamu.. koq.. gak jijik.. sih, Her?” Tanyanya ditengah-tengah desah dan deru nafasnya. “Enggak, Bu.. enak koq.. gimana enak gak?” “Hmh.. iyahh.. aduh.. sshhtt.. eenak.. banget.. Her.. sshhtt” jawab Ibu mertuaku sambil terus merintih dan mendesah. “Itu baru awalnya, Bu” Kataku. Kali ini aku kulum-kulum klentitnya dengan bibirku dan memainkan klentit itu dengan lidahku. Aku lihat sekujur tubuh Ibu mertuaku seperti tersetrum dan mengejang. Ia lebih mengangkat lagi pinggulnya ketika aku hisap dalam-dalam klentitnya. Tak sampai disitu aku terobos liang vaginanya dengan ujung lidahku dan aku masukkan lidahku dalam-dalam ke liang vaginanya itu lalu aku mainkan liukkan lidahku didalam liang vaginanya. Seiring dengan liukanku pinggul Ibu mertuaku ikut juga bergoyang. Cerita Ngentot Memek Ibu Mertua 1 “Ough.. sshhtt.. ough.. sshhtt.. oughh.. hmh.. ough.. shhtt.. ough.. hmh.. oufghh.. sshhtt” suara itu terus keluar dari mulut Ibu mertuaku menikmati kenikmatan oral sex yang aku berikan. Aku sudahi oral sex ku lalu aku bangun dan berlutut dihadapan liang vaginanya. Baru aku arahkan batang penisku ke liang vaginanya tiba-tiba tangan halus Ibu mertuaku memegang batang penisku dan meremas-remasnya. “Auw.. diapain, Bu..?” Tanyaku “Enggak.. ini supaya bisa lebih tahan lama” Kata Ibuku sambil mengurut batang penisku. Rasanya geli-geli nikmat bercamput sakit sedikit. Sepertinya hanya diremas-remas saja tetapi tidak ternyata ujung-ujung jarinya mengurut urat-urat yang ada dibatang penis untuk memperlancar aliran darah sehingga bisa lebih tegang dan kencang dan tahan lama. “Guedhe.. juga.. punya kamu, Her” Kata Ibu mertuaku sambil terus mengurut batang penisku. “Iya dong, Bu” Kataku. Kali ini kedua tangan Ibu mertuaku beraksi mengurut batang penisku. Tangan yang satunya lagi mengurut-urut buah pelirku dan yang satu lagi seperti mengocok namun tidak terlalu ditekan dengan jari jempol dan telunjuknya. Tak lama kemudian.. “Egh.. pelan-pelan.. yah sayang” Kata Ibu mertuaku sambil menyudahi pijatan-pijatan kecilnya itu dan mewanti-wantiku supaya tidak terlalu terburu-buru menerobos liang vaginanya. Aku angkat kedua kaki Ibu mertuaku dan aku letakkan dikedua bahuku sambil mencoba menerobos liang vaginanya dengan batang penisku yang sedari tadi sudah keras dan kencang. “Ouh.. hgh.. ogh.. pelan-pelan, Her” Kata Ibu mertuaku ditengah-tengah deru nafasnya. “Iya, Bu.. sayang.. egh.. aku pelan-pelan koq” Kataku sambil perlahan-lahan mendorong penisku masuk ke liang vaginanya. “Ih.. punya kamu guedhe banget, sayang.. ini sih.. gak normal”Katanya “Kan tadi udah diurut, Bu” Kataku. Aku teruskan aksiku penetrasiku menerobos liang vaginanya yang kering. Aku tidak merasa istimewa dengan batang penisku yang panjangnya hanya 15cm dengan diameter sekitar 3 cm. Dengan sedikit usaha.. tiba-tiba.. SLEB-SLEB-BLESSS! Batang penisku sudah masuk semua dengan perkasanya kedalam liang vagina Ibu mertuaku. “Ough.. egh.. iya.. sshh.. pelan-pelan aja yah, sayang” Kata Ibu mertuaku yang mewantiku supaya aku tidak terlalu terburu-buru. Aku mulai meliukkan pinggulku sambil naik turun dan pinggul Ibu mertuaku berputar-putar seperti penyanyi dang-dut. “Ough.. gilaa, Bu.. asyik.. banget..!” Kataku sambil merasakan nikmatnya batang penisku diputar oleh pinggulnya. “Ough.. sshtt.. egh.. sshh.. hmh.. ffhh.. sshhtt.. ough.. sshhtt.. oughh” Ibu mertuaku tidak menjawab hanya memejamkan mata sambil mulutnya terus mendesah dan merintih menikmati kenikmatan sexual. Baru sekitar 30 menit aku sudah bosan dengan posisi ini dan ingin berganti posisi. Ketika itu kami masih dalam posisi konvensional. Aku mau menawarkan variasi lain pada Ibu mertuaku.. “Eh.. Ibu yang di atas deh” Kataku. “Kenapa, sayang.. kamu capek.. yah..?” Tanyanya. “Gak” jawabku singkat. “Mo keluar yah.. hi.. hi.. hi..?” Godanya sambil mencubit pantatku. “Gak.. ih.. aku gak bakalan keluar duluan deh” Kataku sesumbar. “Awas.. yah.. kalo keluar duluan” Goda Ibu mertuaku sambil meremas-remas buah pantatku. “Enggak.. deh.. Ibu yang bakalan kalah sama aku”Kataku sombong sambil balas mencubit buah dadanya “Auw.. hi.. hi.. hi” Ibu mertuaku memekik kecil sambil tertawa kecil yang membuatku semakin horny. Dengan berguling ke samping kini Ibu mertuaku sudah berada di atas tubuhku. Sambil menyesuaikan posisi sebentar ia lalu duduk di atas pinggulku. Aku bisa melihat keindahan tubuhnya perutnya yang rata dan ramping. Tak ada seonggok lemakpun yang menumpuk diperutnya. Buah dadanya juga masih kencang dengan putting susu yang mengacung ke atas menantangku. Aku juga duduk dan meraih putting susu itu lalu ku jilat dan ku kulum. Ibu mertuaku mendorongku dan menyuruhku tetap berbaring seolah-olah kali ini cukup ia yang pegan kendali. Ibu mertuaku kembali meliuk-liukkan pinggulnya memutar-mutar seperti Inul Daratista. “Egh.. sshhtt.. ough.. sshhtt.. ough.. egh.. hmf” desah Ibu mertuaku. “Gila, Bu.. enak banget..!” “Ough.. sshhtt.. ough.. sshtt.. ough” Ibu mertuaku mendesah dan merintih sambil terus meliuk-liukkan pinggulnya memainkan batang penisku yang berada didalam liang vaginanya. Tanganku meremas buah dadanya yang tak terlalu besar tapi pas dengan telapak tangan. Tanganku yang satunya lagi meremas buah pantatnya. Batang penisku yang kencang dan keras terasa lebih keras dan kencang lagi. Ini berkat pijatan dari Ibu mertuaku tadi itu. Bisa dibayangkan jika tidak aku sudah lama orgasme dari tadi. “Ough.. sshtt.. emh.. enagh.. egh.. sshhtt.. ough.. iyaahh.. eeghh.. enak.. ough” liukan pinggul Ibu mertuaku yang tadinya teratur kini berubah semakin liar naik turun maju mundur tak karuan. “Ough.. iiyyaahh.. egghh.. eghmmhhff.. sshhtt.. ough.. aku udah mo nyampe” Kata Ibu mertuaku. “Bu.. aku juga pengen, Bu.. egh” Kataku sambil ikut menggoyang naik turun pinggulku. “Egh.. iyah.. bagusshh.. sayangg.. ough.. sshhtt.. ough.. sshtt.. ough” Ibu mertuaku merespons gerakanku untuk membantunya orgasme. Aku mempercepat goyanganku karena seperti ada yang mendesak dibatang penisku untuk keluar juga. “Hmfh.. terusshh.. iyah.. ough.. oughh.. AAAUGHH.. OUGH.. OUGH.. OUGH” Ibu mertuaku telah sampai pada orgasmenya. Pada batang penisku terasa seperti ada cairan hangat mengucur deras membasahi batang penisku. Ibu mertuaku menggelepar dan diakhiri dengan menggelinjang liar dan nafasnya yang tersengal. Ibu mertuaku telah berhenti melakukan liukan pinggulnya. Hanya denyutan-denyutan kencang didalam liang vaginanya. Aku merasakan denyutan-denyutan itu seperti menyedot-nyedot batang penisku Dan.. CROT.. CROTT.. CROTTT..! muncrat semua air maniku diliang vagina Ibu mertuaku. “Bu, kerasa nggak air mani saya muncratnya..?” Tanyaku “Eh.. iya, Heri sayang.. Ibu udah lama pengen beginian” Kata Ibu mertuaku “Iya.. sekarang kqn udah, Bu” Kataku sambil mengecup keningnya “Oh.. kamu.. hebat banget deh, Her” Kata Ibu mertuaku sambil membelai-belai rambutku. “Itu semua kan karena Ibu” Kataku memujinya “Ih.. bisa aja.. kamu” sahut Ibu mertuaku sambil mencubit pinggulku. Ibu mertuaku masih di atas tubuhku ketika HP-ku berbunyi ternyata dari istriku yang menyuruhku supaya menginap saja dirumah Ibu mertuaku. Setelah telepon di tutup aku memekik kegirangan. Setelah itu kami melakukan pemanasan lagi dan melakukannya sepanjang malam hingga menjelang subuh kami sama-sama kelelahan dan tidur. Entah sudah berapa kali kami bersenggama dalam berbagai posisi. Pagi harinya kami masih melakukannya lagi dikamar mandi untuk yang terakhir lalu setelah itu aku sarapan dan pulang. TAMAT lihat juga sebelumnya ada kisah seks bergambar menarik yang tak kalah serunya untuk dibaca Senyuman Manja Membuatku Terangsang
Cerita 69 - Kepulan asap dari sebatang rokok ketengan menemani lamunanku siang itu, Deru kendaraan lalu lalang di antara alunan lagu dangdut dari TV pemilik warteg di mana aku menumpang duduk sambil ngopi tak mampu menggugah pikiranku yang melayang entah kemana. “Ngelamun aja lo, kangen bini ya?’’, tegur Bejo, rekan sesama tukang ojek tempat kami bersama mangkal. Aku hanya membalas dengan senyuman. “ Bu…kopi satu,’’ ujarnya kepada pemilik warung. “Catur , Den?” ujarnya.”halah…bosen, dari pagi main sama si Ujang, entar situ kalah lagi”, Bejo hanya nyengir mendengar jawabanku. Siang ini memang pikiranku tengah galau, mengenang peristiwa tadi malam dan pagi hari tinggal menumpang mertua di sebuah rumah sederhana di kampung perbatasan jakarta. Kami berasal dari keluarga dengan ekonomi pas-pasan. Isteriku terpaksa menjadi TKI di Arab Saudi untuk memperbaiki kreditan yang aku pakai untuk mengojek ini juga hasil jerih mertua juga sama saja, ayah isteriku adalah tukang bangunan yang lebih sering keliling dari satu proyek ke proyek lain daripada dirumahnya sendiri, kadang berbulan-bulan tidak demikian aku memanggilnya, dulu sangat keras menolak pernikahan kami, ya wajar, sudah susah kok dapat mantu yang juga susah. Sementara ibu mertua kebalikannya, ia sosok ibu yang lembut dan baik hati. Mau bagaimana lagi kalau memang sudah jodohnya. Dulu aku sempat bekerja di pabrik sebelum akhirnya bangkrut dan aku kena PHK. Pernikahan kami menghasilkan seorang anak usia 2,5 tahun yang kini diasuh neneknya, ibu itu hujan sangat deras menghujam bumi. Aku tengah lesehan di atas tikar lusuh menonton TV ketika tiba-tiba ibu mertua tergopoh-gopoh keluar dari kamarnya menuju kamar mandi , lalu terdengar suara seperti orang muntah. Aku menyusulnya,’’ada apa Bu? Masuk angin?, ia mengangguk lemah. “Saya panggilkan Teh Nining sebelah ya bu? Tawarku. “Gak usah, den, gak enak udah malam begini…mana hujan lagi”, jawabnya. “kalau gitu saya bikinin teh panas ya bu, saya juga masih punya obat neh”, ibu mengangguk lalu berjaan menuju kamarnya. Setelah mengantarkan teh dan obat flu, kembali aku berbaring di ruang tamu sederhana itu sampai akhirnya aku dinding kusam itu menunjukan pukul malam ketika aku mendadak terbangun karena kembali ibu muntah-muntah di kamar mandi. Dengan segera aku menyusulnya,’’Ibu muntah lagi?”, tanyaku…ia mengangguk lemah dan berkata ’, Ibu kalau belum dikeroki biasanya belum mempan, tapi mau bagaimana lagi,’’ jawabnya pasrah. Entah muncul ide darimana,’’ ya udah, biar saya yang ngeroki bu, ibu tunggu aja di kamar’’, jawabku dan ibu sepertinya tidak menolak kecuali ia menginginkan muntah-muntah lagi. Aku bergegas menuju dapur, mencari piring kecil alas gelas dan menumpahkan sedikit minyak goreng, tinggal 1 koin seratusan lama yang kebetulan aku masih menyimpan beberapa. Agak sedikit kaget setibanya aku di kamar, mendapati ibu telah berganti pakaian yang semula daster panjang kini kain kemben batik yang warnanya telah lusuh. Namun bukan itu yang membuat aku menelan ludah, tapi kemben sebatas dada itu telah menampakan bahu ibu yang ternyata kuning bersih, ditambah ketatnya kain itu menampakan lekak lekuk tubuhnya yang masih menampakan keindahan di usianya yang 45 tahun itu. Namun pikiran kotor segera kusingkirkan, bagaimanapun ia adalah orang tua isteriku yang harus aku mengeroki punggungnya dalam posisi ibu duduk membelakangiku di atas ranjang tua di mana anakku juga tengah tertidur di atasnya. Selesai,di bagian pangkal leher dan bahunya, kini gilirang punggung bagian tengah,”maaf bu, kainnya bisa diturunkan sedikit?’, pintaku karena kain kemben itu menghalangi. Ibu mengangguk pelan dan membuka ikatan kain tersebut namun karena kurang hati-hati kain itu melorot hingga pantatnya yang dibungkus celana dalam putih lusuh, dan yang membuat sesuatu di balik celanaku tak bisa diajak kompromi adalah karena sekilas sisi payudaranya terlihat. Ibu segera membenahinya dan mendekap sarung batik itu didadanya, dan aku seolah-olah tak melihat pemandangan indah itu kembali melanjutkan kerokan ku. Peluh mulai bercucuran di dahi ku, bukan hanya karena mengeluarkan tenaga tetapi juga menahan hasrat yang terpendam, setelah setahun berlalu tanpa sentuhan isteriku. Paling maksimal aku hanya bisa melakukan masturbasi untuk sekedar pelampiasan. “Ibu kalau capek, baring aja”, pintaku dan ibu menuruti dengan berbaring tengkurap sehingga aku bisa melanjutkan mengeroki punggung mulusnya itu, yang tampak berkilauan terkena sinar redup lampu kamar, belang-belang merah bekas kerokan tak bisa menghilangkan keindahannya. Keringat dingin mulai keluar dari pori-pori kulitnya. Aku terus bekerja sampai kemudian kudengar dengkuran halus keluar dari mulutnya, ibu tertidur. Dan entah kenapa aku tak serta merta menghentikan kerokan, seolah-olah ingin lebih lama menikmati pemandangan sensual tubuhnya. Khawatir ibu terbangun tiba-tiba, kini aku hanya memijat-mijat pelan pinggangnya…terus ke bawah hingga tumpukan daging kenyal pantatnya yang membusung tanganku gemetar, namun menyadari ibu seolah-olah kian tenggelam di alam mimpi, aku makin memberanikan diri. Entah setan mana yang mengendalikanku, usai berlama-lama menjamah pantatnya, kini kucoba pelorotkan sarungnya ke bawah. Mataku nanar menyaksikan bayangan belahan pantatnya dibalik celana dalam lusuh yang menipis akibat keseringan di cuci itu, mana berlubang di sana-sini menampakan kulit di belakangnya, desakan batang kontolku kian mendesak celana pendek yang kupakai, menciptakan semacam tenda kecil di antara selakanganku. Dengan tangan gemetar ku pelorotkan celana dalam ibu secara perlahan, hubungan mertua-menantu ke depan dipertaruhkan dalam aksi nekat itu. Gerakanku terhenti ketika tepi paling atasnya tiba di pangkal paha ibu mertua yang agak merapat itu. Tentu saja bentuk pantat bahenol itu, bayangan hitam lubang anusnya dan tumpukan rambut hitam di bawahnya membuat aku kehilangan kontrol. Ku oleskan sebagian minyak goreng itu di atas pantat ibu, sambil meremas-remasnya, dan kini berkilauan sebagaimana punggung ibu jantung berdegup, ku turunkan celana pendekku, lalu merangkap di atas tubuh tengkurap ibu yang sangat nyenyak tertidur, namun kuupayakan tidak menindihnya. Ku selipkan batang kemaluanku yang sedari tadi sangat mengeras di antara belahan pantat ibu, lalu mulai menggosok-gosokannya pelan, sehati-hati mungkin agar ia tak terbangun. Tapi sensasi yang kurasakan sangat luar biasa, anda akan paham jika lama tak merasakan kenikmatan tubuh wanita. Mataku menyaksikan wajah ibu yang damai dalam tidurnya, ia cukup manis walau mungkin jarang tersentuh make up, ingin rasanya kuciumi pipinya tapi tentu beresiko. Dan tak menunggu lama ketika aku mengejang lalu semburan demi semburan sperma hangat ..dan sangat banyak, hingga di pantat, punggung, bahkan leher ibu. Lama aku mematung hingga denyutan-denyutan orgasmeku hilang dan kemaluanku mulai mengerut. Baru kemudian aku beranjak….kepanikan kecil melandaku melihat lelehan benihku di atas tubuh ibu. Ku lepaskan kaus kumal yang kupakai, dan kugunakan sebagai lap menghilangkan jejak-jejak tindakan mesum yang kulakukan malam itu. Dengan terburu-buru kurapikan kain kemben ibu, dan bergegas keluar kamar. Usai dari kamar mandi kembali kubaringkan tubuh,’’ apa yang kau lakukan”, pikirku…namun akhirnya terlelap juga….dengan rasa biasa, pukul setengah enam pagi aku terbangun, usai sekedarnya membersihkan rumah, ku sempatkan mengintip kamar ibu. Ia masih tertidur, kain kembennya sudah terikat di dada, namun agak tersingkap di bagian paha, membuat aku kembali menelan ludah. Di sebelahnya, anakku telah terbangun, tengah asyik memainkan mobilannya sambil berbaring. Aku kemudian mandi, sedikit tertegun melihat kaus kumal tadi malam, lalu aku mencucinya.“Bu…ibu,”, panggilku mencoba membangunkannya sambil sedikit menepuk pundaknya. Matanya mulai membuka. “Sudah jam setengah delapan bu, ibu sudah enakan?”..ia mengangguk pelan,’’ tapi masih lemas Den, linu-linunya belum ilang, Ari mana?’’ tanya Ibu.”Sedang main di luar bu, sudah saya mandikan dan kasih sarapan, tadi saya belikan bubur ayam di depan, ibu sarapan ya?’’, jawabku sambil menawarkan bubur ayam. Ibu bangkit perlahan dan duduk di tepi ranjang, semangkuk bubur dan segelas teh kuletakan di atas meja kecil di dekat ranjang. Aku meninggalkannya. Dan tak lama kemudian kembali aku memasuki kamarnya dan menyerahkan obat,” lho..kok gak habis bu?”, tanyaku melhat bubur itu masih separuh tersisa.”Masih pahit Den’’, jawabnya. “Ya udah, ibu minum obat …air panas udah saya siapkan di kamr mandi”, ibu lalu meminum obat dengan perlahan…,”ibu masih pegal Den, mau istirahat lagi, ntar aja deh mandinya”, jawabnya. “ehmm…kalau gitu saya kompres aja ya bu”, tawarku…”gak usah repot…”, belum usai kalimatnya aku sudah setengah berlari ke dapur, mengambil handuk kecil dan baskom kecil lalu menuangkan air hangat ke sudah terbaring di kamar ketika aku masuk. Aku mengambil kursi kayu lalu duduk disampingnya, meremas handuk dan mulai secara lembut mengusap wajahnya. “Ibu jadi gak enak nih Den, jadi ngerepotin kamu”, katanya. “ah…ibu kan sudah seperti ibu saya sendiri”, jawabku sambil terus melapi leher, pundak hingga dada atasnya. Lalu kedua lengannya hingga ketiaknya yang putih dan sedikit ditumbuhi bulu itu, membuat senjata biologisku mulai berulah. “Ibu bisa tengkurap sebentar?”, pintaku pada ibu. Namun ibu justeru duduk membelakangiku untuk mempermudah melapi pungunggnya. Usai belakang leher hingga bahu sampai batas kain ,’’bisa turunin dikit kainnya bu?’’, tanpa berkata-kata ibu melepaskan ikatan sarungnya, dan kembali kunikmati punggung yang kini berbelang merah sampai batas pinggang itu, dengan lembut ku usap seluruh permukaan kulitnya dengan handuk basah hangat tadi, dan butiran keringat mulai muncul dari pori-pori kulitnya. Aku hanya bisa nyengir menyaksikan beberapa bercak sperma kering yang mengerak di kulit punggung ibu dan segera ku ibu tampak teratur, kali ini sasaranku bawah ketiak dan sisi samping tubuh ibu. Kulihat kulitnya bulu-bulu kuduknya keluar. Semakin sulit aku mengatur nafas manakal ujung jari ku menyentuh sisi payudaranya. Dan seperti sengaja, aku berlama-lama mengusapkan handuk itu di situ…”Den..”,teguran ibu menyadarkanku. Namun karena ia tak menyuruhku berhenti, aku lalu memindahkan usapan tanganku ke bagian depan tubuh ibu, yaitu perutnya yang masih tertutup sarung. Dan ibu tidak protes. Mula-mula bagian tengah, lalu bagian atas…kucoba terus mendesak ke atas dengan maksud menyentuh bagian bawah payudaranya, namun terhalang tangan ibu yang masih mendekap sarung itu di dada. Lalu kembali ke tengah perutnya..dan bawah…terus ke bawah pusarnya, sehingga sebagian jari ku tak sengaja menyelip di bagian atas celana dalamnya. Tangan ibu jatuh ke bawah mencoba mencegah aksiku lebih lanjut, namun munkin karena panik membuat payudaranya tersingkap, dan tak membuang waktu masih dengan handuk basah di tangan, ku usap-usap perhiasan alami kaum wanita itu, “Den..” seru ibu dengan suara nyaris berbisik…”ssshhh, tenang Bu” desisku menenangkan ibu yang kini nafasnya mulai tersendat-sendat. Aku belum melakukan tindakan lebih jauh kecuali melap dengan penuh kelembutan gunung kembar yang bahkan lebih besar dari punya isteriku itu, namun degupan jantung dan deru nafasku yang kian memacu sudah bisa menggambarkan betapa luar biasanya gairah yang ditimbulkan tubuh ibu kandung isteriku tidak tahu bagaimana perasaan ibu, yang aku tangkap hanya kuduknya yang merinding, lalu tubuhnya yang agak gemetar dan deru nafasnya yang mulai tak beraturan. Aku hanya bertindak mengikuti naluri…naluri seorang pria yang sekian lama tak merasakan kehangatan tubuh wanita. Ibu memegang kedua pergelangan tanganku, ada sedikit upaya menarik tanganku dari permukaan dadanya, namun aku sudah kehilangan kendali…handuk basah itu jatuh di pangkuannya, dan kini telapak dan jari jemariku mulai meremas-remas gundukan daging kenyal itu dan memilin-milin putingnya. Mulutku mengecup belakang leher dan pundak ibu. “Den….jangan”, ujarnya lirih…ketika satu tanganku mencoba masuk menyelusup celana dalamnya, ia memegang pergelangan tanganku yang sayangnya sudah berada di atas gundukan bulu-bulu hitam lebat di bawah pusarnya. Dan pertahanan moralku pun roboh, ku rebahkan tubuh ibu dan mulai menindihnya, ia melawannya dengan mencoba mendorong tubuhku, namun tentu saja apalah arti tenaga wanita separuh baya dibanding pemuda yang tengah terbakar nafsu.”Den…jangan, aku ini ibu mu…ibu mertua mu..mmmff”..ucapannya terhenti ketika kusumpal paksa mulutnya dengan mulutku…”mmmf…Den..mmmhh”, tangannya terus meronta namun kutangkap dan kurentangkan ke atas…membuatku tergoda untuk menciumi ketiaknya…” Den…apa kata orang nanti…ini gak bener..Den…ouhhf”, kembali kulumat bibirnya dan pergelangan tangannya ku tahan dengan satu tangan karena sebelah tanganku sibuk berupaya melepaskan celana yang kupakai. Ibu mulai menangis terisak, dan tubuhnya menggeliat-geliat melakukan perlawanan namun justeru menciptakan pemandangan sensual yang kian menggoda. Dan matanya membelalak dan kian panik ketika dengan paksa kurenggut celana dalamnya..”preekkk”, dan ia melakukan perlawanan terakhir dengan merapatkan kakinya, tetapi terlambat…satu lututku telah berada di antaranya, dengan paksa kulebarkan kakinya…batang kontolku sudah berada di antara dua pahanya..mencari-cari sebentar dan..kurasakan tumpukan bulu-bulu di ujung kepala jamur kelaminku itu…dan akhirnya menemukan sasarannya…celah di antara perbukitan rumput hitam itu, yang ternyata…telah basah. Sehingga dengan sedikit mudah benda tumpul itu mulai mendesak masuk….dan rasanya bahkan lebih sempit dari rongga vagina isteriku….apakah karena ibu juga jarang disentuh bapak mertua? Wajah ibu hanya meringis pasrah, air matanya mengalir menemani isakan dari mulutnya.”maafkan aku, bu…aku sayang ibu, aku butuh ibu, ibu juga kan?”, ujarku dengan mesra di depan wajah ibu sambil berusaha mengayun-ayunkan pinggulku. Ibu hanya terisak dan menggigit jarinya, dengan liar aku mulai memompa tubuhnya…oh luar biasa nikmatnya. Mula-mula perlahan sampai makin cepat dan ganas menyebabkan tubuh ibu dan payudaranya berguncang-guncang, sangat sayang jika disia-siakan, maka segera kutangkap gunung kembar yang tengah diguncang gempa itu, dan kugigit ringan dua pucuknya bergantian, membuat ibu kian itu suasana sejuk berubah menjadi panas, tubuhku dan tubuh ibu mulai dibanjiri keringat. Kamar dengan cat mengelupas di sana sini itu seolah-olah berubah menjadi kamar pengantin yang indah, diiringi deritan ranjang tua yang bergerak dan suara kecipak dua kelamin beradu. Ku tarik tangan ibu dari mulutnya, ku lumat bibirnya yang memerah itu..”ouuhh..Den..mmmmf”, lenguhnya membuat aku kian brutal mengobrak-abrik liang senggamanya, liang yang telah menghadirkan istriku 25 tahun lalu itu. Ibu setengah menjerit ketika tiba-tiba dua kakinya dirangkulkan erat-erat di atas pinggangku dan kedua tangannya memeluk ketat diriku…ia telah mengalami orgasme, menyadari hal itu menimbulkan sensasi tersendiri hingga tak menunggu lama aku tak bisa lagi menahan ejakulasi ku, semprotan demi semprotan benih terlarang bagai air bah menerjang setiap sudut gua kenikmatan ibu mertuaku itu. Aku rebah di atas tubuh telanjang ibu, mencoba mengatur nafas, dan ibu mengusap-usap punggungku dan mengeramasi rambutku. Sampai akhirnya aku bangkit meninggalkan tubuh ibu dan mencabut kelaminku dari jepitan vaginanya. Dengan segera cairan putih kental mengalir keluar dari celah bibir kemaluannya, menciptakan danau kecil di atas sprei lusuh. Segera kusambar handuk basah tadi, ku basuhkan ke permukaan memek ibu dan sprei, lalu kuusapkan pula ke sekujur batang kontolku. Kemudian menyusul berbaring di sisi ibu menerawang ke langit-langit kamar tanpa plafon itu. Aku menatap wajahnya yang masih basah bekas sisa keringat dan air mata. Dadanya naik turun membawa serta dua gunung indah di atasnya, membuatku tergoda untuk menjamahnya. Ibu tidak protes…”Den…kenapa kamu lakukan itu, ini gak bener Den, ini dosa, apa kata tetangga nanti? Apa kata bapakmu? Apa kata Asih? Ujarnya lirih. “Ma’afkan saya bu…saya khilaf, saya lelaki normal bu, berpisah setahun dari Asih itu sangat berat buat saya bu..tapi mau bagaimana lagi? Saya pasrah…seandainya ibu mau mengusir saya silahkan, saya titip Ari aja bu”, jawabku. Ibu kembali menangis dan berujar..”ibu gak akan ngusir kamu Den…kamu telah baik selama ini membantu ibu, ini salah ibu juga, ibu minta ini jadi rahasia kita berdua Den”, “saya akan jaga rahasia ini Bu”, jawabku pelan sambil berupaya memeluknya, kali ini ibu dengan pasrah meringkuk dipelukanku dan menumpahkan tangisan di dadaku sampai akhirnya mereda, dan entah siapa yang mendahului kembali bibir kami saling mulai meremas-remas payudara montok milik ibu, sementara ibu dengan malu-malu mengusap-usap batang penisku yang kembali siap tempur. Pertarungan ronde kedua kembali dimulai. Menyadari ternyata ibu juga memendam hasrat, kali ini setiap adegan film-film porno yang biasa aku lihat bersama tetangga, kupraktekan. Aku bangkit mengangkangi dada ibu, kuarahkan batang penisku ke mulutnya, mula-mula ia jengah menolak, namun terus kupaksa, sampai akhirnya agak terbatuk-batuk ia telan nyaris seluruh batang kontolku. Aku tak begitu bertindak memaksa khawatir ia akan muntah-muntah lagi. Yang penting sensasi bahwa aku menguasai dirinya menjadi kepuasan tersendiri. Ku putar tubuhnya hingga membelakangiku, ku susun dua tumpuk bantal di bawah perutnya, sebelum kusetubuhi dari belakang aku melakukan ritual menjilati setiap mili memeknya, membuat ibu kembali merinding dan merintih-rintih. Lalu…,’’jlebb’’…kembali batang kontolku tenggelam dalam liang senggama ibunda isteriku itu. Kali ini ibu tak malu-malu mengeluarkan suara rintihan nikmat. Pantat molek itu mulai berguncang-guncang akibat hentakanku. Tanganku segera meraih gunung kembar yang kini bergantung terayun-ayun.”ouuh…Den…oohhh”, rintih ibu menemani geramanku…tubuh kami kembali berkilauan basah oleh keringat. Ronde kedua ini lebih lama berlangsung…ibu menghujamkan wajahnya di bantal untuk meredam suara pekikan ketika orgasmenya tiba..bagaimana mungkin wanita sehangat ini bisa ditinggal ayah mertua, pikirku. Capek melakukan doggi style, kembali ku telentangkan tubuh bugil ibu mertuaku itu, pantatnya kembali kuganjal bantal sehingga pinggulnya mendongak, ku pentangkan lebar-lebar selangkangan ibu, dan kulipat lututnya hingga nyaris menyentuh pundaknya…lalu satu tusukan teramat dalam kembali dialami lubang kemaluan kembali mendesah-desah menerima setiap hentakan demi hentakan senjata biologis milikku…dan sekali lagi ia mengalami orgasme dahsyat yang tak dirasakannya bertahun-tahun, mengundang datangnya orgasmeku pula yang sekali lagi menyirami mulut rahimnya dengan cairan benih potensial. Pagi itu hubungan menantu-mertua telah melanggar batas menjadi hubungan terlarang sepasang kekasih yang masing-masing masih terikat perkawinan. Dan persetubuhan itu kembali terjadi hingga aku mengalami 5 kali orgasme,,,ibu mertua? Tak terhitung malah. Menjelang siang aku segera beranjak keluar kamar yang kini beraroma seks itu. Bagaimanapun aku harus mencari nafkah, dari situlah aku bisa membeli susu untuk anakku dan kebutuhan sehari-hari yang biasanya kuserahkan pada ibu menjelang pukul sembilan aku baru pulang. Ibu tengah menonton TV menemani anakku yang tengah bermain. Seutas senyum kecilnya menyambut kehadiranku. “Ibu udah sehat? ini bu, buat belanja besok”, ujarku seraya menyerahkan 3 lembar uang 10 ribuan. “Makasih…ibu udah mendingan kok, Deni makan dulu sana, ibu hanya beli makanan jadi tadi siang, belum masak”, jawabnya. Benar kata orang, sex bisa jadi obat, pikirku seraya menyambar handuk digantungan dan menuju kamar mandi. Usai makan malam, aku bangkit ke ruang tengah. Ibu masih berbaring di depan TV, sementara anakku sudah tertidur di sampingnya. Ku angkat dia dan kubaringkan di ranjang ibu. Di luar kamar, tanpa basa basi lagi kutindih tubuh ibu, ku lolosi daster lusuhnya melewati kepalanya, lalu beha dan celana dalamnya. Bibir kami segera berpagutan. Kuremasi setiap bagian indah lekuk tubuhnya, payudara, pinggul, pantat…sambil mencolokan dua jemariku di vaginanya yang tanpa disuruh sudah diselaputi cairan pelumas. “oohh…Den….aahh…”, bagai kepedasan ibu terus mendesah. “Isap kontolku bu”, ujarku sambil menariknya agar berlutut dihadapanku..sulit dibayangkan kata-kata tak pantas itu bisa keluar dari mulutku terhadap seseorang yang seharusnya aku hormati .”mmmf …mmmf..mff”, ibu mulai mahir melakukan hisapan, jilatan bak pelacur merasakan hangatnya rongga mulut ibu, ganti aku mengunyah, menghisap dan menusuk-nusuk lubang memeknya dengan lidah dan jemariku, pinggul ibu bergerak kesana – kemari dan mulutnya mulai ribut merintih, khawatir didengar tetangga, segera kuarahkan batang penisku ke mulutnya, dalam posisi 69 kami saling mengecap kemaluan masing-masing hingga kami puas. Di atas tikar lusuh itu, ibu dengan sadar membuka lebar-lebar pahanya, membuat celah vaginanya merekah merah dan basah. Dan ia meringis ketika kembali benda terlarang memasuki tubuhnya. “oooh…Den,”…”ibu…ahhhss”, sekian menit kemudian di antara rintihannya, ibu berkata..”den…pindah yuk, punggung ibu sakit kalau di sini”, pintanya, aku mengangguk dan mencabut kemaluanku. Ibu beranjak berdiri hendak berjalan menuju kamar, namun pinggangnya segera kutangkap. Dari belakang kembali kusetubuhi ibu, kutangkap sepasang payudaranya yang montok itu. Sambil kusetubuhi, ku dorong tubuhnya agar berjalan, hingga kami tiba di dalam kamar. Ibu merangkak naik ke atas ranjang tanpa batang kontolku meninggalkan jepitan liang senggamanya. Kembali ku hentak-hentakan pinggulku hingga ranjang tua itu berderit-derit, membuat apa yang diatasnya berguncang-guncang tak terkecuali anakku yang tengah tidur dengan menggigit jari mencegah rintihan keras keluar dari mulutnya. Beberapa lama kemudian kembali kutelentangkan tubuhnya, dengan otomatis ia membuka pahanya…dan “blesss”,,,batang penisku kembali amblas ditelan rongga sempit,basah dan hangat milik ibu. Ku rentangkan tangannya ke atas, kuhirup dalam-dalam aroma asli tubuh wanita setengah baya yang masih sangat sensual itu. Keringat kami kembali saling melebur menjadi satu, deritan ranjang tua itu mengiringi irama bergesekannya dua kelamin dan suara jangkrik di luar. Dan Ibu menyembunyikan wajahnya di dadaku ketika ia dilanda kepuasan bathin hubungan terlarang malam itu. Dan berkali-kali pula cairan spermaku mengisi penuh rongga memek ibu. Malam itu ibu mengalami lebih 6 kali orgasme, sedangkan aku sampai empat kali hingga spermaku nyaris berikutnya hubungan haram itu terus berlangsung. Dan membawa konsekuensi tumbuhnya benih yang kutanam. Untunglah sebelum berkembang leih besar, bapak mertua datang. Walau membuatku begitu cemburu ketika suatu malam ranjang tua kamar ibu kembali berderit, bukan karena ulahku, tapi bapak mertua. Hingga sebulan kemudian bapak mertua kembali dapat obyekan dan meyakini istrinya hamil karena dirinya. Setelah ia pergi, bisa ditebak. Kembali ranjang tua itu berderit-derit akibat persetubuhan aku dan ibu, sampai menjelang anak kami lahir.
Kisah ini berlaku pada diri aku bermula 2 tahun dahulu dan telah berterusan sehingga tidak minta ianya berlaku kerana sebelum ini aku memang hidup bahagia di samping isteri aku yang cantik dengan 7 orang apa-apa kekurangan pada isteri bilik tidur pun isteri aku masih dapat melakukan apa-apa sahaja asalkan kami puas ketika bersama. Bapak mertua aku telah meninggal dunia pada tahun 1991,meninggalkan Emak Mertua aku dengan 3 orang anak yang masih menuntut di sekolah isteri aku kesemuanya 14 orang,begitu ramai tetapi semuanya sudah membawa diri masing-masing,ada yang telah berkahwin dan ada yang berhijrah ke bandar kerana tinggal 3 orang yang masih kecil menemani Emak Mertua aku di kematian bapaknya,isteri aku semakin rapat dengan Emaknya dan aku bertindak membantu menyara adik-adik ipar aku setiap bulan,kami akan balik ke kampung yang jaraknya 24 kilometer dari bandar tempat tinggal kami untuk menjenguk-jenguk setiap musim cuti,biasanya aku akan menyewa sebuah van untuk membawa keluarga aku dan mertua aku serta adik-adik ipar aku bercuti ke tempat-tempat peranginan dan 2 tahun lalu kami kesemua 13 orang mengambil keputusan untuk bercuti secara pakej ke Pulau Tioman melalui Mersing, mengambil pakej 4 hari 3 malam dan akan tinggal di chalet Kampong Salang,Pulau tiba di Mersing pada jam 930 pagi dan terus menuju ke pengkalan kaunter tiket,aku menemui agen percutian kami dan dimaklumkan bahawa bot ke Pulau Tioman akan bertolak jam 1100 pagi diarah supaya berada di dermaga selewat-lewatnya jam 1045 pagi. Sementara menunggu waktu yang ditetapkan,kami menuju ke restoran berhampiran dan makan perasan,sejak dalam bas menuju ke Mersing,Emak Mertua aku kurang bercakap dan semasa kami sedang makan,dia hanya makan beberapa suap sahaja,itupun hanya nasi sahaja tanpa lauk,lalu aku menegurnya. “Mak,dari tadi saya tengok Mak senyap aje…!!!Mak tak sihat ker…???”tanya aku tanpa sebarang aku jugak mencelah. ”Makan la,Mak…!!!Mak sakit ker…???”soalan yang sama ditujukan kepada Emak Mertua suara perlahan,Emak Mertua aku kemudiannya menjawab. “Mak tak pernah naik kapal,Mak rasa gerun dan takut mabuk…!!!”Emak Mertua aku tu kemudiannya jawapannya,aku faham bahawa dia tidak begitu seronok untuk naik cuba menenangkan perasaannya dengan memberitahunya. “Mak jangan takut,nanti Mak duduk sebelah dalam perut bot…!!!Kalau Mak duduk di tengah-tengah,Mak tak nampak laut jadi rasanya macam naik bas sahaja…!!!”kata aku kepada Emak Mertua aku tu. “Betul cakap Abang Arshad tu,Mak…!!!Mak duduk di tengah-tengah dengan saya dan budak-budak ni semua…!!!Jangan tengok laut…!!!”Isteri aku kemudiannya penjelasan itu,baru aku lihat Emak Mertua aku tersenyum dan menceduk lauk serta terus makan dengan seleranya. Tiba masa untuk bertolak,kami semua terus menuju ke dan adik-adik ipar aku sudah tidak sabar-sabar menunggu untuk menaiki kami,ramai pelancong-pelancong dari dalam dan luar negara sedang bersedia untuk menaiki semboyan dibunyikan sahaja,kami semua bergegas-gegas menaiki bot yang bentuknya seperti jet aku mengajak Emak Mertua aku naik,dia minta supaya naik kemudian akur dan menyuruh isteri dan anak-anak serta adik-adik ipar aku naik keadaan lenggang aku memimpin Emak Mertua aku untuk naik bot tetapi apabila sahaja hendak melangkah,bot mula berayun mengikut ombak,Emak Mertua aku berpatah balik kerana bertanya kepadanya. “Kenapa,Mak…???Jom la kita naik,Mak…!!!”aku bertanya kepada Emak Mertua aku,tapi Emak Mertua aku bagaikan faham perasaannya dan tanpa disedari aku menceduk bontot tonggeknya dan mengangkatnya naik ke Mertua aku pun kemudiannya terus memaut leher aku dan mukanya disembamkan ke leher di atas bot,aku cuba menurunkannya tetapi pautannya semakin kuat bagai tidak mahu melepaskan aku kerana pun terus membawanya ke perut bot dan meletakkannya di atas dan anak-anak aku ketawa geli hati melihat telatah Emak Mertua aku itu baru dia melepaskan pautannya di leher itu tanpa disengajakan,apabila aku melepaskan tangannya dari leher aku,Emak Mertua aku menolehkan kepalanya dan bibir kami bersentuhan dan ketika itu,seperti masa terhenti,mata kami bertemu dan aku dapat merasakan kehangatan nafasnya membelai wajah hanya sempat berkata. “Ooopppsss…maaf,Mak…!!!”aku cuma sempat berkata,dan Emak Mertua aku terus tertunduk malu. Aku pun terus bangun menegakkan badan dan mencuri pandang pada isteri dan anak-anak aku jika mereka terlihat apa yang berlaku tetapi mereka asyik mentertawakan kami setengah jam di tengah lautan,tiada apa-apa yang bergerak keluar dari perut bot dan berdiri di belakang untuk menikmati pemandangan di sekeliling yang kelihatan dari jauh,pulau-pulau bertaburan ditengah aku terdengar nama aku diteriak dan aku bergegas masuk ke Mertua aku sedang tunduk ke bawah dan di tangannya memegang beg bertanyakan kepada Isteri aku akan apa yang memberitahu bahawa Emak Mertua aku tu mabuk laut dan mengeluarkan minyak angin Cap Kapak dari poket aku dan mengosok-gosok belakang leher Emak Mertua muntah sehingga keluar muntah hijau tetapi apabila aku menggosokkan minyak di lehernya dia mendongak dan menarik nafas duduk di sebelahnya sambil memicit-micit pangkal Mertua aku tu kelihatan semakin melentukkan kepalanya di bahu aku dengan matanya pejam. “Biar la Mak tidur,Bang…!!!Kalau tidak nanti dia muntah lagi…!!!”kata Isteri aku tu kepada isteri aku berkata kepada aku,Emak Mertua aku tu terus sendawa mengeluarkan angin dari perutnya. “Abang peluk Mak tu jangan sampai dia jatuh dari tempat duduknya…!!!”pinta Isteri aku tu. Tanpa apa-apa perasaan aku memeluk Emak Mertua aku dan memaut kami bergesel-gesel mengikut alunan ombak yang menonggak arus menoleh untuk melihat isteri,anak-anak dan adik-adik ipar semua terlelap di hayun kepala Emak Mertua aku melurut ke dada aku,aku menolaknya semula ke bahu bot menghempas dengan Mertua aku seakan-akan terperanjat dan tangan kirinya memaut kuat ke leher semakin erat di pangkal leher aku sehingga aku dapat merasakan kehangatan dengusan dihimpitkan ke dada tersipu-sipu malu tetapi tidak dapat berbuat menjeling Isteri aku lagi tetapi dia telah terlelap lena di bot melawan ombak membuatkan bot tidur semakin Emak Mertua aku semakin perlahan,menandakan dia jugak mungkin terlena. Sekali lagi bot kiri Emak Mertua aku yang sedang memaut leher aku terlepas perlahan-lahan ke dada aku,mengelungsur ke perut dan terhenti betul-betul di celah peha tertegun dan perlahan-lahan mengalihkan aku mengalihkannya,diletak kembali di celah peha aku tetapi kali ini tangannya mengosok-gosok betul-betul di batang kote kote aku ini pulak pantang tersentuh begitu,cepatlah ia tangannya menggosok-gosok,mukanya semakin hampir ke leher aku dan hidungnya tidak tahu sama ada ia disengajakan atau Emak Mertua aku tu sedang semboyan kuat berbunyi dan bot semakin penumpang terkejut dan melihat Mertua aku jugak terjaga dan cepat-cepat mengalihkan buat-buat tak tahu apa-apa tetapi aku sedar,melalui kerlingan mata aku,aku lihat Emak Mertua aku tu asyik memandang kemudiannya berkata dengan agak kuat. “Dah sampai…!!!”aku kemudiannya berkata dengan agak kuat dan semua anak-anak aku terjaga serta Isteri dan adik-adik ipar bot sampai di dermaga,kami semua beratur untuk atas jeti,ada sambutan oleh pihak pengurusan chalet terhadap ketibaan semua gembira dan melompat mula-mula naik bot,kini aku harus mendukung Emak Mertua aku tu naik ke atas jeti berlaku dan adik-adik ipar aku terhoyong-hayang berjalan sambil ketawa. “Ayah,jeti ni bergerak-gerak la…!!!Saya takut…!!!”semua yang mendengarnya tertawa terbahak-bahak melihat telatah mereka yang mabuk darat setelah 2 jam di jugak tak terlepas,apabila aku turut terhoyong-hayang bersama sambil mendukung Emak Mertua disambut dengan meriah sekali dengan senyuman dan kalungan masih lagi mendukung Emak Mertua aku sehingga ke dan ipar-ipar aku terus mengikuti penyambut tetamu ke pejabat menuju ke sebuah kerusi dan cuba menurunkan Emak Mertua aku meletakkannya di kerusi,tangannya masih memaut leher ini bagai disengajakan,apabila dia melepaskan tangannya,hidung dan mulutnya mengesel mulut buat tak perasan dan melepaskannya duduk. “Mak tunggu sini dulu,Arshad nak ke kaunter uruskan kunci chalet…!!!”jelas aku Mertua aku tidak menjawab apa-apa,tetapi mata layunya merenung mata aku. Setelah kami selesai masuk ke chalet masing-masing,aku bersama isteriku dan 2 orang anak kecil yang besar berkongsi sebuah chalet 3 bilik bersama seorang adik ipar Mertua aku berkongsi chalet 2 bilik bersama 2 orang adik ipar aku,kami dihidangkan minuman petang di restoran jugak diberikan penerangan mengenai pakej percutian ini kami dibenarkan bersendirian bersiar-siar di pantai dan kawasan-kawasan berdekatan. Di Kampong Salang,Pulau Tioman ini ada beberapa buah gerai yang menjual cenderahati,gerai-gerai makanan,gerai-gerai karaoke dan menyewa alatan menghabiskan masa bersiar-siar dan bermandian di pantai sehingga lewat itu kami kembali ke chalet masing-masing dan bersedia untuk makan itu,Emak Mertua aku tu hanya duduk di chalet dan tidak mengikut kembaraan menghabiskan masa dengan tidur dan berehat untuk menghilangkan rasa mabuk lautnya. Jam 800 malam,kami semua bergerak ke restoran untuk hidangan makan Mertua aku duduk di sebelah aku dan Isteri masih tidak banyak makan bersama-sama dan selepas makan,aku lihat anak-anak dan adik-adik ipar aku telah berkenalan dengan ramai rakan sebaya mereka dan bermain bersama-sama di kawasan perkampungan Mertua aku terus bergerak ke hendak dan Isteri aku bersiar-siar di tepi pantai yang hanya diterangi oleh cahaya lampu pantai yang malap dan cahaya bulan di mencari suatu sudut yang sunyi dan berasmara seperti kami mula-mula baru kahwin kami terasa ingin bersetubuh,kami kembali ke chalet dan terus masuk ke kerana anak-anak masih belum balik,kami bersetubuh sepuas-puasnya di dalam tak tahu kenapa malam ini aku tidak boleh terpancut sedangkan Isteri aku telah 3 kali peristiwa siang tadi bersama Emak Mertua aku tu mengganggu perasaan aku puas dan kerana kepenatan terus adalah biasa,setiap kali selepas bersama,dia akan tertidur sehingga bom meletup pun dia tidak akan sedar kerana dia akan tetap terbangun pagi,seawal jam 500 pagi tiap-tiap hari. Oleh kerana angin laut begitu hangat,apalagi setelah bertarung selama 1 jam aku berasa rimas dan keluar merayau-rayau seorang duduk di gerai karaoke melihat gelagat orang ramai menyanyi dan bergembira sehingga tidak sedar waktu telah jam 100 bergerak untuk pulang ke di chalet,lampu semua telah telah terlena tetapi mata aku masih belum duduk di tangga chalet menghadap ke chalet Emak Mertua mengenangkan peristiwa yang berlaku antara aku dan Emak Mertua aku siang disengajakan atau belum pernah bernafsu seks terhadap perempuan lain selain Isteri aku yang cantik dan bertubuh mekar,tetapi hari ini aku terangsang terhadap Emak Mertua aku dalam usia 54 tahun,Emak Mertua aku tu masih nampak terlalu kurus tetapi teteknya terasa masih utuh dan keras ketika menghimpit dada pinggangnya masih cuba melawan perasaan aku tetapi keinginan nafsu seks aku masih menggoda benak aku bertanya dia akan menyerah dengan mudah kalau aku menggodanya…???.Perasaan yakin dan tidak yakin berkecamuk dalam benak buat atau tidak…???.Akhirnya aku berkeputusan untuk mencuba dan aku melangkahkan kakiku ke pertengahan perjalanan aku,aku tersentak apabila tiba-tiba Emak Mertua aku berdiri di dalam kegelapan malam di hadapan aku. “Eh…!!!Mak,nak ke mana…???”tanya aku dengan nada terperanjat. “Mak tak boleh tidur kerana dah puas tidur siang tadi la,Arshad…!!!Arshad nak pergi ke mana…???”kata Emak Mertua aku tu kepada aku dan dia menanyakan aku pulak. “Arshad pun tak dapat lelapkan mata…!!!Kan sejuk ni Mak,kenapa tak pakai baju sejuk…???”aku meneruskan kata-kata aku. “Tak la Arshad,angin malam ni hangat sangat…!!!Kalau Arshad belum nak tidur,temankan Mak jalan-jalan kat pantai kejap…!!!”pintanya. “Baik la Mak,jom…!!!”jawab ini telah melenyapkan segala yang aku ranncangkan tak tahu nak buat apa bila berhadapan dengannya begini lalu aku cuba turutkan kehendakknya sebagai Emak Mertua aku. Kami bersiar-siar dengan mengikut langkah berjalan seiringan dengan jarak selengan sambil bercakap bila perlu sedar,kami telah berjalan jauh dari tempat penginapan lagi lampu pantai hanya cahaya bulan menerangi laluan di kawasan berbatu,kami memanjat ke atas dan berdiri menikmati angin Mertua aku tu berdiri di atas batu sambil aku duduk lebih kurang 2 meter di bulan yang memancar ke tubuhnya menembusi kain batik dan baju kebaya Kedahnya sehingga menampakkan bentuk tubuh yang serta-merta merangsangkan keinginan nafsu seks aku. “Dia menggoda lagi ker…???”kata hati aku. Tiba-tiba dalam kesunyian malam itu, aku terdengar suara-suara dari dalam semak-semak di belakang Mertua aku jugak terperasan lalu bergerak menuju ke arah aku. “Bunyi apa tu,Arshad…???Ada orang kat sini la,Arshad…!!!”Emak Mertua aku berkata sambil terus bergerak menuju ke arah datangnya suara tersebut. Aku menuruti di terhenti apabila terlihat bergerak rapat ke arahnya dan amat terperanjat sekali apabila melihat bayang-bayang 2 manusia sedang enak bersetubuh di hadapan pulak terdengar di sebelah kanan dan kiri semua sedang memadu asmara sambil melempiaskan keinginan nafsu seks nafsu seks aku terus terangsang tetapi aku Emak Mertua aku tu bersuara membisik kepada aku. “Diaorang semua tengah main la,Arshad…!!!”Emak Mertua aku tu berbisik kepada aku. “Ha…aah…!!!”aku hanya mampu menjawab,dan tak tahu nak buat leher aku dipaut dan ditarik ke Mertua aku telah terbaring dengan tangannya memaut leher aku. “Jangan cakap apa-apa lagi,kita buat macam diaorang tu…!!!”Emak Mertua aku tu berkata kepada tersentak sebentar tetapi aku tahu inilah peluang yang aku inginkan sejak tadi,kenapa pulak aku harus menolak. Aku pun kemudiannya terus merebahkan tubuh aku keatas tubuhnya dan terus mengucup dan gigi kami berlaga-laga dengan ingin menikmati kedua-dua teteknya lalu aku seluk ke dalam bajunya dan meramas-ramas kedua-dua tetek Emak Mertua aku mengerang sambil tangan kanannya menyentap-yentap seluar mengerti kehendaknya lalu bangun dan terus menanggalkan seluar seluar dalam,batang kote aku terus menerjah keluar sambil Emak Mertua aku menyelakkan kainnya keatas menampakkan lubang cipapnya yang masih lebat berbulu diterangi cahaya terus mengangkat kelengkangnya dan aku terus rebah lalu menyucukkan batang kote aku ke pintu lubang berlengah-lengah lagi Emak Mertua aku tu pun terus menolak bontot tonggeknya ke atas dan lubang cipapnya terus menelan batang kote aku buat kali pertama pada hari tersebut kali pertama secara keseluruhannya sehingga ke memaut punggung aku bagai tidak mahu melepaskan batang kote terdiam sebentar dan lubang cipapnya mengemut-ngemut batang kote semakin kuat dan tiba-tiba sahaja dia mengerang dan terus macam tak pun aku bermula,dia sudah ke kakinya dilepaskan dan batang kote aku yang masih keras terbenam di dalam lubang kata-kata yang keluar dari kegelapan malam itu,dia menarik tubuh aku rapat ke tubuhnya,mengucup aku dan kemudian menolak aku baring di sebelahnya di atas rumput-rumput yang dibasahi embun bercampur perahan peluh kami beberapa ketika,masih tiada kata-kata hanya sekali-kali dia mengucup-ngucup dan menjilat dada tahu apa hendak aku tangan aku berbunyi dan aku dekatkan ke mata aku menunjukkan jam 300 500 pagi,pastinya Isteri aku akan harus aku katakan jika dia dapati aku dan Emaknya tiada di katil masing-masing…???.Seperti dia mengetahui apa yang sedang aku fikirkan,tiba-tiba Emak Mertua aku bersuara sambil menarik-narik batang kote aku yang mencodak ke langit. “Masukkan semula Arshad,Mak dah puas tadi…!!!Arshad main la Mak sampai Arshad puas pulak ye…!!!”Emak Mertua aku tu kemudiannya berkata kepada tak tahu apa nak jawab. Aku kemudiannya terus menghempap tubuhnya dan tusukkan batang kote aku ke dalam lubang cipapnya sekali dia telah puas,dia membantu dengan mengerakkan bontot tonggeknya ke kiri,ke kanan,ke atas dan ke menyetubuhinya,aku ramas kedua-dua teteknya dan sekali-sekala aku rapatkan bibir aku ke aku lajukan sorongan dan adakalanya aku perlahankan dengan tujuan dapat membangkitkan keinginan nafsu seksnya semula walaupun terpaksa mengambil masa lama aku tidak sia-sia,kemutan lubang cipapnya mula terasa,lidahnya mula minta dinyonyot dan kakinya mula berpaut kuat tetapi apakan daya,aku sudah tidak dapat bertahan dan dengan sekali hujam,batang kote aku terbenam sehingga ke pangkal dan terus menyemburkan air mani aku ke dalam lubang cipap Emak Mertua aku tu buat kali pertama pada hari tersebut kali pertama secara keseluruhannya sehingga melimpah keluar bersama-sama dengan batang kote aku yang mula layu. “Maafkan Arshad,Mak…!!!Arshad tak boleh tahan lagi,Mak…!!!”rayu aku. “Tak apa la,Sayang…!!!”jawab Emak Mertua aku tu,dan kami terus berpelukan dan berkucupan apabila jam tangan aku berbunyi terus membetulkan pakaian masing-masing dan meninggalkan tempat kami bermadu dengan insan-insan yang masih bergelimpangan melayari kasih di tempat penginapan kami,aku menghantar Emak Mertua aku tu sehingga ke bilik beredar kami sempat berkulum lidah sambil dia meramas-ramas batang kote aku dan aku menjolok-jolok jari aku ke dalam lubang terus membaringkan tubuhku di sebelah Isteri aku dan terlena sehinggalah aku dikejutkan oleh Isteri aku. “Bang,bangun…!!!Sejam lagi kita nak bertolak ke tempat perkelahan,Bang…!!!Semua dah bersedia,Bang…!!!Apa ni,tidur jauh malam,kan lepak dah…!!!Bangun cepat…!!!”Isteri aku mengejutkan aku terasa kelat tetapi aku harus bergerak menuju ke bilik depan chalet aku lihat Emak Mertua aku sedang rancak bergurau dengan cucu-cucunya,tidak lagi terconggok senyap sendirian seperti memandang ke arah aku sambil nampak riang sekali hari mandi,aku terus masuk ke lihat Isteri aku sedang berbaring di atas nampak aku masuk,dia mula berkata. “Bang,sebelum pergi,kita main sekejap…!!!”pintanya. “Wow,boleh ker ni…???”aku berkata dalam hati harus memikirkan sesuatu supaya keupayaan aku tidak ketara selepas berhempas-pulas dengan Emaknya malam tadi. “Phew…!!!Apa aku nak buat ni…???Rasa macam tak sanggup la…!!!”bisik hati aku tidak mengecewakannya,aku pun terus memberi alasan. “Has,bukan tak nak,tapi kena minum RedBull dulu…!!!Itupun selepas setengah jam baru boleh…!!!Jadi masa tak ada la,Sayang…!!!Kita dah nak bertolak ni…!!!”aku menjelaskan kepada Isteri itu sudah cukup meyakinkan Isteri mengalah tetapi dengan kata-kata. “Tapi malam nanti bagi Has tau…!!!”Isteri aku berkata kepada hanya mampu tersenyum. Masa untuk bertolak ke jeti untuk menaiki bot ke tempat perkelahan hampir sudah berada di pengkalan dan pelancong-pelancong sedang berbaris untuk menaiki atas bukit tempat penginapan kami jelas nampak bot besar yang tertambat di memanggil semua anak-anak aku dan adik-adik ipar aku supaya bergerak ke kelihatan Emak Mertua dan Isteri memanggil Isteri aku dan terdengar suara sahutan dari chalet Emak Mertua kemudian hanya Isteri aku sahaja yang keluar dan aku bertanya di mana Emaknya. “Abang…!!!Abang jangan marah ye…!!!”Isteri aku berkata kepada aku. “Kenapa…???”balas aku. “Mak takut dia mabuk lagi naik bot,jadi dia tak nak ikut…!!!Tapi takkan nak tinggalkan dia sorang-sorang aje di sini…???”kata Isteri aku. “OK la,Has tinggal dengan Mak,biar Abang bawa anak-anak…!!!”aku berkata kepada Isteri aku. “Woi…!!!Woi…!!!Malam sikit ye…!!!Has,pergi sama anak-anak,Abang temankan Mak…!!!Abang dah pernah ke sini tapi Has baru sekali ini…!!!Jadi Abang kena la temankan Mak…!!!”balas isteri tergamam sebentar dan memandang isteri aku dengan pandangan yang memeranjatkan sambil membalas. “OK,tapi jaga anak-anak baik-baik,jangan ada yang lemas…!!!”balas aku dan disahut oleh isteri aku yang telah sampai ke bawah bukit. “Jangan takut…!!!Abang jaga Mak baik-baik tau…!!!”sahut isteri aku,dan terus menghilang menuju ke aku suka kerana tidak dapat berkelah bersama-sama anak-anak dan isteri peristiwa semalam akan Emak Mertua aku muncul di hadapan chaletnya sambil memandang meneriak kepadanya. “Mak,kita pergi sarapan dulu kat sana jom…!!!”aku berteriak kepada Emak Mertua aku Mertua aku terus berjalan menuju ke arah di samping aku,aku mengulang kembali kata-katanya semalam. “Jangan cakap apa-apa,kita buat macam diaorang…!!!”aku berkata kepada Emak Mertua aku Mertua aku tersenyum mendengarkannya lalu aku kucup sekali di tersipu-sipu seolah-olah pimpin tangannya menuju ke gerai untuk bersarapan. “Mak kena makan kenyang-kenyang ye,nanti tak cukup tenaga…!!!”kata aku memulakan perbualan. “Tenaga untuk apa…???”Emak Mertua aku tu bertanya kepada aku. “Untuk main dengan saya lagi la…!!!”lalu aku menjawab. “Ishhh,Arshad ni…!!!”Emak Mertua aku tu hanya menyahut. Kami bersarapan nasi lemak dan meminta lauk ketam Mertua aku begitu berselera sekali pagi ini. “Lepas ini kita nak ke mana,Mak…???”tanya aku. “Balik ke bilik la,nak ke mana lagi…???”jawab Emak Mertua aku tu. Aku terasa gembira sekali dengan jawapannya dan batang kote aku menunjukkan perasaannya sendiri dan mula bersarapan,kami bergerak menuju ke tempat penginapan dan aku bertanya kepada Emak Mertua aku bahawa dia hendak di chalet aku atau chaletnya. “Dalam bilik Mak la,Sayang…!!!Kalau nak main kat dalam bilik Arshad nanti takut bersepah air mani dan peluh,Sayang…!!!Nanti kalau Hasnah perasan baru padan muka nanti…!!!”Emak Mertua aku tu berkata kepada akur dan kemudiannya terus menuju ke chalet Emak Mertua aku tu. Setibanya di dalam chalet,aku kemudiannya terus menguncikan pintu dan tingkap-tingkap dan memasang penghawa kemudiannya terus mendakap tubuh Emak Mertua aku tu dan menjilat hanya tegak membatu membiarkan perlakuan aku tanggalkan bajunya dan dituruti dengan tidak memakai seluar dalam dan berdirilah dia di hadapan aku tanpa seurat benang cuba menutup dadanya dengan telapak tangan tetapi aku arahkan Emak Mertua aku tu berdiri tegak di hadapan aku kerana aku katakan padanya aku hendak menatap tubuh yang melahirkan Isteri kemudiannya terus duduk di tepi katil sambil memerhati setiap sudut 54 tidak nampak berkedut tetapi jelas sedikit kedutan di atas di atas dadanya sedikit kelihatan kasar tetapi kedua-dua teteknya sederhana dan licin masih gebu dan kelihatan sedikit lemak di tepi pinggang dan sebelah kanan bawah perutnya ada parut melintang dari kanan ke kiri,bekas pembedahan untuk mengikat tiub falopiannya bagi mengelakkan kehamilan setelah melahirkan 14 orang bermakna,seberapa banyak aku pancutkan air mani aku,dia tidak akan tonggeknya kecil dan melurus dari peha ke menghairahkan… Setelah puas aku menatap tubuhnya,aku bangun dan menanggalkan pakaian aku dan bertelanjang bogel di aku menanggalkan seluar dalam aku,dia memalingkan mukanya tetapi aku merapatinya lalu memegang kepalanya dan mengarahkan pandangannya kepada batang kote mengeraskan kepalanya untuk berpaling semula lalu aku bertanya kepada Emak Mertua aku tu. “Mak tak nak tengok benda yang masuk ke dalam lubang cipap Mak yang semalam tu ker…???”aku kemudiannya terus bertanya kepada Emak Mertua aku tu. Tanpa berkata,Emak Mertua aku tu terus memusatkan pandangannya kepada batang kote aku pun terus mendongakkannya dan mengucup Emak Mertua aku tu menyambut kucupan aku seolah-olah dia hendak berubah fikiran untuk tidak meneruskannya lalu aku meletakkan tangan aku ke atas kedua-dua teteknya dan perlahan-lahan meramas-ramas kedua-dua putingnya sehingga mulutnya terbukak dan menerima lidah berdua masih berdiri sambil melayan perasaan Mertua aku tu pun mula merangkul leher aku dan sebelah tangannya membelai batang kote aku yang sememangnya telah mencodak semakin kencang,mendengus-dengus dengan Emak Mertua aku tu meronta melepaskan tubuhnya dari dakapan tersentak seketika tetapi apabila Emak Mertua aku tu terus naik ke atas katil dan terlentang mengangkang menampakkan lubang cipapnya dengan gaya seorang perempuan yang kelaparan seks,aku pun terus Emak Mertua aku tu pun terus mencapai batang kote aku dan menghalakannya ke lubang sekali henjut,seluruh batang kote aku terbenam ke dalam lubang cipap Emak Mertua aku tu buat kali pertama pada hari itu kali ke-2 secara keseluruhannya bersamaan dengan suaranya yang mengerang ini kami tidak pandai lagi melakukan “foreplay” maka itu kami terus sahaja saling melakukan hubungan seks bersama. Setiap tolakkan masuk batang kote aku ke dalam lubang cipap Emak Mertua aku tu disambut dengan suara mengerang dari mulut Emak Mertua aku batang kote aku semakin laju,seirama dengan ayakan bontot aku dinyonyot sambil tangan aku meramas-ramas kedua-dua teteknya sehinggalah tubuhnya mengejang dan mengigil akibat kepuasan keinginan nafsu seksnya telah hentikan gerakan aku seketika sambil menekan batang kote aku dengan sedalam yang mungkin. “Uhhhhggg…uhhhhgggggg…!!!”suara garau mengerang kesedapan keluar dari tengkoroknya menandakan nikmat yang amat sangat diikuti dengan tubuhnya yang terus longlai tidak bermaya. Setelah keadaan reda,aku pun teruskan gerakan batang kote aku keluar-masuk di dalam lubang cipap Emak Mertua aku kedinginan penghawa dingin pun tidak dapat menahan curahan peluh kami,bersatu membasahi tubuh dan tilam tempat kami saling melakukan hubungan seks pun memperlahankan gerakan batang kote aku yang licin keluar-masuk di lubang cipap nikmat Emak Mertua aku tu yang telah dibasahi lendir yang terbit hasil nikmat hubungan seks di antara kami turun naik dengan nafasnya yang kencang seperti orang yang baru menamatkan perlumbaan 100 meter di usia Emak Mertua aku tu 54 tahun,staminanya tidak sekuat keinginan nafsu seksnya lagi tetapi keperluan keinginan nafsu seksnya amat diperlukan untuk terus menikmati kepuasan mengalah dan terus mencabut batang kote aku dari dalam lubang cipap Emak Mertua aku tu lalu berbaring di sebelahnya,menunggu sehingga kepenatannya keadaan lemah longlai itu tangannya mencapai batang kote aku dan membelai perlahan-lahan sehingga lendir di batang kote aku kering Mertua aku tu terus berpaling memandang aku sambil tersenyum puas. “Biar Mak rehat sekejap ye,Sayang…!!!”rayunya pada hanya menganggukan kepala aku. Dalam pada itu,aku meletakkan tangan aku pada lubang cipapnya dan meraba-raba lubang cipap nikmat Mertua aku tu pun terus membukak luas kelengkangnya supaya aku dapat terus mainkan jari-jari kerana terlalu keletihan,Emak Mertua aku tu pun terus bangun mencari tuala dan aku kesat sehingga kering lendir yang membasahi lubang cipap Emak Mertua aku kering,aku menghempapnya lalu memasukkan batang kote aku ke dalam lubang cipap nikmat Emak Mertua aku tu dan mengerakkannya Mertua aku tu pun terus membukak matanya dengan lesu dan membiarkan aku kurang 5 minit kemudian aku terus melepaskan air mani benih kasih aku ke dalam lubang cipap Emak Mertua aku tu buat kali pertama pada hari itu kali ke-2 secara keseluruhannya.Sekali lagi lubang cipap Emak Mertua aku tu dibasahi dengan air mani masih terlena dan setelah aku mencabut batang kote aku keluar,aku turut terlena di aku tersedar,jam dinding telah menunjukkan pukul 1230 tengahari dan perut aku terasa Mertua aku tu masih nyenyak dengan dengkuran bangun dan terus ke bilik mandi untuk membersihkan tubuh aku dan apabila aku keluar dari bilik air,dia masih duduk di kerusi di hadapan katil sambil menatap hati aku bertanya sendiri,mengapakah mesti Emak Mertua aku tu menjadi wanita selepas Isteri aku yang aku tiduri…???.Sampai bilakah hubungan ini akan berterusan…??? ************************************************* Setelah sekian lama aku duduk memerhatikan tubuh badan Emak Mertua aku yang baru aku gauli dengan nikmatnya bertelanjang bulat di atas katil,aku kemudiannya terus bangun untuk mengejutnya. “Mak…!!!Mak…!!!”aku memanggil Emak Mertua aku janggal pulak memanggilnya Mak’ selepas apa yang kami berdua telah lakukan bersama. “Mak…!!!Bangun,Mak…!!!”aku pun terus mengejutkan Emak Mertua aku dia membukak matanya,bagai seorang yang baru dikejutkan dari mimpinya,dia cepat-cepat menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang bertelanjang rambutnya yang kusut masai dan baru bangkit dari tidur,barulah kelihatan seperti seorang perempuan tua seusia duduk di sisinya sambil memegang bahu dan terus berkata. “Mak,Arshad ni…!!!Bangun dulu dan kita pergi makan tengahari,Mak…!!!”aku terus berkata kepada Emak Mertua aku baru tersedar dari lamunan dia terus menjawab. “Oh,Arshad…!!!”Emak Mertua aku tu pun terus menjawab lalu terus bangun dan melepaskan selimut yang menutupi tubuhnya dan terus bergerak ke bilik bertuala aku pun terus mengikutnya ke bilik air. Dia telah merapatkan pintu bilik air lalu aku mengetuk untuk jawapan seketika lalu aku menolak pintu bilik air dan lihat seorang wanita tua dan dia telah menanggalkan gigi palsunya sedang mencangkung membuang air air kencingnya,meleleh keluar lendir berwarna memandang ke bawah melihat lendir putih yang banyak sekali keluar bersama air kencingnya sambil berkata. “Banyaknya air mani Arshad kat dalam lubang cipap Mak ni,Sayang…!!!”Emak Mertua aku tu berkata kepada aku. Apabila dia mendongak semula memandang kepada aku,wajahnya tanpa gigi palsunya tampak terlalu anehnya perasaan aku,keadaan wajahnya membuatkan aku semakin terangsang kuat lalu aku membuka tuala aku dan menunjukkan batang kote aku yang keras mencodak cuba menyembunyikan mukanya dengan menutupnya dengan kedua-dua belah bergerak rapat ke arahnya yang sedang mencangkung dan menariknya bangun berdiri di hadapan terus kuakkan tangannya lalu menatap wajahnya tetapi dia cuba menundukkan wajahnya mengelak dari tatapan menundukkan kepala aku dan mencapai bibirnya dengan mulut aku tetapi dia berpaling dan berkata. “Jangan tengok Mak macam ni,Sayang…!!!Mak malu la,Sayang…!!!”Emak Mertua aku tu terus berkata kepada aku. Tanpa banyak bicara aku mengangkatnya lalu membawanya keluar dari bilik air dan membaringkannya di atas telah terlalu terangsang dan tidak boleh mengawal perasaan aku terus naik ke atasnya dan mendepangkan kedua-dua memalingkan mukanya mengelak dari pandangan jerit kepadanya. “Pandang sini,Mak…!!!”Emak Mertua aku tu terkejut dengan suara aku yang meninggi tetapi dia menuruti arahan aku dan memandang ke arah aku. Aku kemudiannya terus merapatkan mulut aku ke mulutnya yang tanpa belah mulutnya dengan lidah aku dan melahapnya dengan kote aku masih terletak di atas lepaskan tangannya,memaut rambutnya sambil liur kami berdua bertakung dengan banyak sehingga meleleh-leleh keluar memaut tengkok aku dan kami terus berkucupan selama beberapa minit aku turun dari tubuhnya dan berbaring di mengerengkan tubuh aku dan lihat air mata Emak Mertua aku tu meleleh keluar dari menangis dengan menongkat kepala aku memandangnya dan sebelah tangan aku memegang kedua-dua teteknya. “Kenapa Mak menangis…???”aku bertanya kepada Emak Mertua aku tu. “Arshad,kita dah lakukan dosa besar,Sayang…!!!Mak rasa berdosa sangat pada Hasnah…!!!Mak kesian sangat pada dia,Sayang…!!!”jawab Emak Mertua aku rasa kekesalan pada dirinya dan dia terus menyambung lagi. “Mak rasa kita lupakan apa yang telah kita lakukan dan kembali seperti biasa, Sayang…!!!”sambung Emak Mertua aku tu hanya terdiam tanpa cuba mencium bibirnya tetapi dia mengelak dan mengetapkan bibirnya dan terus berkata kepada aku. “Walaupun Mak akan rasa kekosongan tetapi biarlah ia berlalu dengan sendirinya,Sayang…!!!Maafkan Mak,Arshad Sayang…!!!”Emak Mertua aku tu terus berkata kepada begini membuatkan aku panik lantas aku terus bangun mengenakan pakaian aku dan beredar keluar dari chaletnya membiarkan Emak Mertua aku tu aku terus menuju ke restoran untuk mengisi perut aku yang lapar sambil melayani fikiran aku yang berserabut dengan seribu persoalan. Selesai makan,aku duduk di jeti,cuba untuk menenangkan fikiran dia mengajar aku betapa enaknya perlakuan hubungan seks sumbang mahram ini,tiba-tiba dalam sekelip mata dia cuba masih mengingini untuk meratah puas-puas akan aku hadapinya selepas ini…???.Aku bertekad untuk bersemuka dengannya sebelum isteri dan anak-anak aku pulang sekitar jam 630 petang aku menunjukkan pukul 230 petang dan Emak Mertua aku tu tidak kelihatan di pasti masih berada di terus menuju ke restoran untuk membelikan makanan untuk dibawa melangkahkan kaki aku menuju ke chaletnya dan sesampai di pintu chalet, aku mengetuk dan Emak Mertua aku tu terus membukak sempat aku mengatakan sesuatu dia mula bersuara. “Arshad,Mak nak cakap sikit dengan Arshad…!!!”Emak Mertua aku tu berkata kepada aku lalu dia duduk di atas pun terus menghulurkan makanan yang aku belikan seraya berkata. “Nah,Mak…!!!Arshad belikan Mak nasi bungkus tadi…!!!Mak makan la dulu ye,selepas ni kita boleh berbincang…!!!”kata aku kepada Emak Mertua aku tu. “Takpe la,letak dulu kat atas meja ni…!!!Nanti Mak akan makan…!!!Kita mesti bincang dulu ye,Sayang…!!!” duduk di kerusi berhadapan dengannya lalu memusatkan pandangan aku ke Mertua aku tu cuba mengelak pandangan tidak memandang tepat kepada jadi sedikit gementar untuk menghadapi suasana ini tetapi aku kuatkan semangat dan memulakan bicara. “Mak,kalau Mak nak bincang tentang apa yang kita dah lakukan,Arshad bertekad,walau apapun yang akan berlaku,Arshad tetap mahu MAIN dengan Mak…!!!”kata aku kepada Emak Mertua aku tu memulakan sempat aku menyambung kata-kata aku,dia menyampuk. “Arshad,apa yang kita lakukan ni berdosa,Sayang…!!!Mak tak tahu kenapa Mak buat macam ni,dengan menantu kesayangan Mak pulak tu…!!!Terus-terang Mak katakan,Mak memang bernafsu kuat…!!!Selepas arwah Bapak meninggal,Mak masih boleh bertahan lagi tapi sejak Pak Ayub mengusik-usik Mak hari tu,tiba-tiba Mak rasa Mak masih perlukannya lagi,Sayang…!!!Keinginan nafsu seks Mak kembali lagi walaupun Mak dah tua ni,Sayang…!!!”sampuk Emak Mertua aku tu. “Mak,keinginan nafsu seks akan pergi selepas kita mati…!!!Selagi kita hidup,selagi itu kita akan mempunyai keinginan nafsu seks,Mak…!!!Semalam Mak dah ajar saya curang dengan isteri saya dan saya dah mula seronok MAIN dengan Mak tapi tiba-tiba Mak nak cerita pasal dosa pulak…!!!Saya nak Mak faham betul-betul,saya tetap nak teruskan apa yang kita dah mulakan,Mak…!!!”aku berkata kepada Emak Mertua aku aku mula meninggi. “Kita ikutkan saja hati kita,orang lain tak perlu tahu…!!!Bila saya nak,Mak mesti beri…!!!Kalau tidak,saya akan lakukan perkara yang Mak tak ingin tahu…!!!Fahamkan itu dan jangan banyak cakap lagi…!!!”aku mula kelihatan terperanjat dengan tingkahlaku aku dan menunjukkan kegelisahannya. “Sekarang makan dulu,lepas ini kita MAIN…!!!”aku menyambung dengan batang kote aku mula mengeras. “Mak belum lapar lagi,Sayang…!!!Nanti karang Mak makan la…!!!”balasnya terus memerintahnya. “Kalau gitu,naik atas katil dan bukak baju Mak sekarang jugak…!!!Saya dah tak tahan nak MAIN dengan Mak sekarang ni…!!!”aku sendiri terkejut dengan kata-kata yang aku keluarkan tetapi keinginan nafsu seks aku telah mengawal diri mesti menyetubuhinya lagi. Emak Mertua aku tu pun terus bangun dan berlalu masuk ke bilik,menanggalkan pakaiannya satu-persatu dan baring meniarap di atas dengan masih berpakaian membaringkan diri di mengusap rambutnya dan merapatkan bibir aku ke pipinya lalu dengan itu,dia mengerengkan tubuhnya menghadap aku sambil tersenyum. “Mak,maafkan Arshad kerana berkasar dengan Mak tadi…!!!Kalau Mak nak lupakan bahawa kita telah buat perkara ini,Arshad akan bangun dan tinggalkan bilik ni…!!!”aku mulakan berkata sempat aku nak menghabiskan ayat aku,Emak Mertua aku terus menyambut kata aku. “Dah la Arshad,kita dah terlanjur jauh…!!!Mak sangat-sangat memerlukan seorang lelaki dalam hidup Mak sekarang ni…!!!Kalau Arshad sudi,Arshad boleh jadi lelaki tu…!!!”Emak Mertua aku tu menyambut kata cuba mendapatkan kepastian daripadanya. “Maksud Mak,kita akan teruskan begini…???”aku hanya menganggukkan kepalanya terasa lega kerana kini aku tidak berlawan dengan perasaan aku lagi dan tidak bertepuk sebelah tangan. Buat seketika aku ketepikan perasaan aku terhadap Isteri aku sendiri,iaitu anak perempuannya terus menarik Emak Mertua aku tu naik ke atas tubuh aku dan kami berkucupan sambil tangan aku meraba-raba belakang aku singgah di bontot tonggeknya yang berisi dan aku ramas-ramas perlahan-lahan. “Arshad,sebelum Hasnah dan anak-anak balik…!!!”Emak Mertua aku tu terus berkata kepada faham maksudnya dan menyekat kata-katanya dengan menarik rapat mulutnya dan menolak lidah aku ke menyambut dengan menyonyot-nyonyot lidah memeluknya,aku mengolekkan badan dan menghempap meneruskan meraba ke atas kedua-dua teteknya dan meramas-ramas Emak Mertua aku tu semakin kuat dan telah menunjukkan tanda bersedia untuk bangun perlahan-lahan dan melepaskan kucupan kami lalu membukak baju dan seluar terlentang di katil sambil tangannya meraba-raba bibir lubang cipapnya yang kelihatan berkilat-kilat diselaputi lendirnya sendiri. Perlahan-lahan aku menghempap tubuhnya lagi dan menemukan mulut berkucupan dan kedua-dua teteknya terhempap oleh dada mengesek-gesekkan tubuh kami dengan mengoyang-goyang kemudiannya terus menyusurkan tangan kanan aku ke lubang cipapnya dan memain-mainkan jari-jari aku di aku jolokkan jari-jari aku ke dalam lubang cipap dengan itu,dia mengoyang-goyangkan bontot tonggeknya. “Arshad,masukkan cepat,Sayang…!!!Emak Mertua aku tu terus merayu. Dengan itu,aku pun terus bangun dan memegang kedua-dua kaki Emak Mertua aku tu dan terus aku letakkan kepala batang kote aku ke mulut lubang cipap Emak Mertua aku tu dan menolak sedikit demi sedikit sehingga terbenam keseluruhannya ke dalam lubang cipap Emak Mertua aku tu buat kali ke-2 pada hari tersebut kali ke-3 secara keseluruhannya.Apabila kepala batang kote aku mencecah pangkal rahimnya,dia mengerang terus rebahkan tubuh aku menghempap tubuhnya sambil menyorong dan menarik batang kote aku keluar-masuk pejam menahan kenikmatan dari pergerakan batang kote merapat ke telinganya dan membisik. “Sedap tak,Mak…???”bisik aku ke telinga Emak Mertua aku hanya menganggukkan kepala dan aku menyambung lagi. “Kita buat selalu,ye Mak…!!!”sambung aku membalas dengan suara yang tersekat-sekat menahan kenikmatan. “Arshad mesti selalu jenguk-jenguk Mak nanti ye,Sayanggg…!!!Kita boleh la MAIN SEKS selalu nanti,Sayanggggg…!!!”balas Emak Mertua aku tu dengan suara yang tersekat-sekat menahan kenikmatan. Bila aku menghentikan pergerakkan batang kote aku,Emak Mertua aku tu akan mengayak-ayak bontot tonggeknya seperti tak sabar untuk menikmati puncak teruskan gerakan sorong-tarik batang kote aku dengan perlahan-lahan dan sekali-sekala aku henyak-henyak batang kote aku dengan kali dia menerima henyakkan batang kote aku,dia akan dia mengayak bontot tonggeknya dengan laju sambil mendesah merayu kenikmatan. “Arshad,Mak dah nak sampai…Mak dah nak sampai…Mak dah nak sampai…laju…laju lagi,Sayanggg…!!!Ooohhh…aaarrrggghhh…aaahhh…aaahhh…aaaaahhhhh…!!!”bunyi suara Emak Mertua aku tu mendesah merayu dengan itu aku terus melajukan pergerakan batang kote aku dan… “Uuuhhhh…Sampai,Sayanggggg…!!!”bunyi desahan kenikmatan dari mulut Emak Mertua aku tu dan terus memancutkan air lama kemudiannya aku pun terus memancutkan air mani aku dengan agak banyaknya ke dalam lubang cipap Emak Mertua aku tu buat kali ke-2 pada hari itu kali ke-3 secara keseluruhannya.Tubuhnya mengeletar kenikmatan menerima pancutan air mani kasih aku ke dalam lubang mencari-cari mulut aku dan mengucup aku dengan sampai serentak dengan peluh membasahi tubuh pertarungan kami,kami sama-sama terbaring terlentang menghadap ke siling untuk menenangkan nafas kami kembali,masing-masing senyap tanpa berkata-kata buat aku menoleh kepada Emak Mertua aku tu,dia tersenyum lemah bila mata kami kelihatan jugak dengan nafas kami berdua kembali tenang,kami berpelukkan dan memberanikan diri menyatakan aku cinta padanya dan mahu kerap bersamanya apabila ada kesempatan dan dia membalas dengan mengatakan dia jugak telah jatuh cinta pada aku dan terasa amat sayang pada aku,sebagai menantu lelaki kesayangannya dan jugak sebagai berjanji akan selalu menyerahkan tubuhnya untuk aku kerjakan selagi ada kesempatan yang memerlukan lelaki dan lelaki itu adalah kami membersihkan diri masing-masing untuk menyambut kepulangan Isteri dan anak-anak aku,kami sempat bertarung melakukan hubungan seks buat kali ke-3 pada hari itu kali ke-4 secara keseluruhannya tetapi secara sederhana dengan penuh kasih telah sampai ke kemuncaknya,aku pun terus memancutkan air mani aku dengan agak banyaknya ke dalam lubang cipap Emak Mertua aku tu buat kali ke-3 pada hari itu kali ke-4 secara keseluruhannya dan cukup untuk kami berdua merasa puas dan nikmat. Petang itu kami berdua duduk di jeti,menunggu rombongan perkelahan pulang dan lagak kami seperti mertua dan kami berdua ingin duduk berpelukkan seperti pasangan lain yang duduk di jeti bersama-sama kami,kami terpaksa menahan perasaan tersebut. “Arshad,jangan sampai sesiapa sedar hubungan kita,terutama Hasnah dan anak-anak Mak yang lain,ye Sayang…!!!Nanti kecoh jadinya,Sayang…!!!”Emak Mertua aku tu memulakan perbualan sambil berpesan kepada menyampuk. “Baik la,Mak…!!!Kita sama-sama jaga perasaan kita depan diaorang,walaupun saya ingin peluk Mak sentiasa…!!!”sampuk aku. “Mak jugak rasa macam tu,Sayang…!!!Kalau boleh Mak nak Arshad peluk Mak selalu…!!!”balasnya. “Mak tak pernah bercinta dan tak pernah tahu akan rasa cinta itu bagaimana agaknya tetapi hari ni Mak rasakan bahawa perasaan cinta pada Arshad begitu membara sekali,Sayang…!!!Dulu Mak kahwin dengan arwah Bapak atas kehendak orang tua,Sayang…!!!Sehingga la Mak melahirkan 14 orang anak,perasaan cinta tu tak pernah wujud dalam hidup Mak ni,Sayang…!!!Mak cuma rasa bahawa hubungan Mak dengan arwah Bapak adalah kerana tanggungjawab Mak sebagai seorang isteri kepada suaminya sahaja,Sayang…!!!”Emak Mertua aku tu mula bercerita dan aku hanya mendengarkan meneruskan lagi. “Hari ni,Mak dapat rasakan cinta…cinta Mak pada Arshad…!!!Kalau la kita tidak ada hubungan muhrim,Mak nak sangat bernikah dengan Arshad dan hidup bersama sebagai isteri Arshad supaya Mak dapat menikmati sepenuhnya rasa cinta yang tak pernah Mak alami selama ini,dan Mak nak nikmatinya sehingga ke akhir hayat Mak nanti,Sayang…!!!”sambung Emak Mertua aku tu lagi. “Bagi saya Mak,saya pernah bercinta,cinta pada Hasnah,isteri saya dan anak Mak…!!!Mak pun tahu bagaimana saya lalui zaman itu 22 tahun yang lalu…!!!Saya sendiri yang beritahu Mak dan arwah Bapak pada masa tu bahawa saya cintakan anak Mak dan mahu mengahwininya…!!!Sehingga sekarang pun kami tetap macam dulu,Mak…!!!Kami masih menyintai antara satu sama lain,Mak…!!!”aku menjelaskan kepada Emak Mertua aku tu. “Tapi pada hari ini,saya telah jatuh cinta pada Maknya…!!!Dulu saya jelaskan pada Mak bagaimana saya cintakan anak Mak tetapi pada hari ini saya masih tetap cintakan Hasnah,Mak…!!!Pada hari ini jugak la saya dapat rasakan cinta saya pada Mak…!!!Cinta bagi kali kedua ini amat berlainan dan hebat sekali,Mak…!!!Di sini,Mak di hadapan saya…!!!Saya tak dapat menyentuh Mak di khalayak ramai,perasaan rindu saya pada Mak dah mula terasa apa lagi selepas ini kita akan berjauhan buat sementara dan akan berjumpa sekali-sekala jika ada kesempatan aje…!!!”jelas aku lagi. Kami sempat berbual panjang,menjelaskan perasaan masing-masing dan merancang masa depan dan bagaimana kami dapat bertemu dan meneruskan hubungan kami supaya tidak dihidu oleh hari-hari seterusnya percutian ini kami berjanji tidak akan melakukan apa-apa supaya jauh dari syak-wasangka sehinggalah Hasnah,anak-anak dan adik-adik ipar aku malam itu,kami semua makan teringatkan janji aku pada Isteri aku untuk memuaskan keinginan nafsu seksnya pada malam ragu-ragu jika aku akan mengecewakannya pada malam nanti kerana seluruh tenaga aku telah aku kerahkan untuk Emaknya siang itu,selepas makan aku minta izin pada Isteri aku untuk merayau-rayau sendirian pada malam itu dan berjanji akan pulang awal untuk melayani keinginan nafsu seksnya tadi,keinginan nafsu seksnya memang sudah berkobar-kobar tetapi dia mengizinkan aku setelah aku membuat janji aku adalah untuk membeli minuman bertenaga “Red Bull” dan menongakknya supaya tenaga aku kembali untuk melayan keinginan nafsu seks Isteri aku pulak. Nasib aku kurang baik,tidak terdapat kedai yang mula risau dan terus menyusur di gerai-gerai Kampung Salang,Pulau berhenti untuk minum di sebuah gerai minuman untuk membasahkan tekak aku apabila nasib menyebelahi itu ada menjual kopi Tongkat minum sehingga 2 gelas sehingga badan aku berpeluh kepanasan walaupun cuaca malam itu dingin menghabiskan 2 gelas,aku pun beredar untuk pulang ke chalet dan ke bilik untuk bertarung kali kedua pulak,kali ini dengan Isteri Kopi Tongkat Ali tidak mengecewakan aku atau mungkin ketika aku menyetubuhi Isteri aku,aku membayangkan penting,Isteri aku biasa sebelum aku terpancut,dia sampai ke puncak nikmat sebanyak 2 kali dan terus terlena itu aku tidur nyenyak dan hanya tersedar pada jam 600 pagi keesokannya. Aku keluar bersiar-siar menyedut udara pagi di tepi aku turun dari chalet,aku menoleh ke chalet Emak Mertua tidak kelihatan,mungkin belum bangun tidur kerana terlalu 730 pagi semua berkumpul untuk sarapan dan Emak Mertua aku saling pandang-memandang rindu untuk memeluknya tetapi apakan Mertua aku jugak berperasaan yang menceritakan pada aku selepas kami dapat bersama,setelah pulang daripada percutian. Jadual hari itu,kami semua dibawa untuk membuat Jungle Tracking’ untuk berkelah di air terjun dan melihat hidupan liar di sekeliling Pulau Tioman ini,aku dan Emak Mertua aku tu ikut Isteri aku suruh aku membantu memimpin kami mempunyai kesempatan tetapi kami dapat mengawal diri menunaikan janji berlagak sebagai menantu yang baik dan bertanggungjawab dan Emak Mertua aku tu menjalankan peranannya sebagai seorang tua yang tidak berdaya berjalan aku aku kelihatan bangga kerana aku nampak sayang dengan Emaknya dan menjaganya dengan itu berjalan dengan tenang. Pagi keesokannya kami menghabiskan masa bersiar-siar di Kampung Salang,Pulau Tioman kerana selepas makan tengahari kami akan pulang ke tanah besar di Mersing, kami bertolak pulang pada jam 200 kali ini,Emak Mertua aku tidak mabuk boleh naik dan turun sendiri dari sampai ke daratan jam 400 petang setelah 2 jam 430 petang kami terus bertolak dengan bas perlancongan untuk pulang ke bandar. Seterusnya,perhubungan aku dengan Emak Mertua aku berjalan dengan baik sehingga ke hari ini tanpa dapat dihidu oleh hubungan kami telah berjalan selama 2 seorang kontraktor,masa aku tidak menyerahkan kerja-kerja pada pembantu pejabat ditangani oleh Isteri aku dan adik-adik ipar kunjungan aku ke rumah mertua aku semakin kerap tanpa ditemani oleh Isteri aku kerana terlalu sibuk dengan urusan pejabat yang sengaja aku sibukkannya. Rumah Emak Mertua aku telah aku bilik khas untuk keluarga aku apabila kami berkunjung telah aku bina,yang sebenarnya adalah syurga bagi aku dan Emak Mertua aku tu untuk meneruskan hubungan kami memuaskan keinginan nafsu seks masing-masing lagaknya sebagai suami tersebut hanya aku yang memegang kuncinya dan adik-adik ipar yang amat hormat pada aku tidak sesekali mahu mengambil kisah apa yang berlaku dalam bilik jugak tidak pernah tahu sama ada aku ada dalam bilik tersebut atau tidak kerana ia terletak di tingkat tingkat 2 tersebut yang tidak pernah dinaiki oleh adik-adik ipar aku kerana mereka masing-masing aku binakan bilik sendiri lengkap dengan perabut dan aku belikan set hiburan dalam bilik atas hanya mempunyai bilik keluarga aku dan bilik Emak Mertua itu apabila Emak Mertua aku naik ke atas,tiada siapa ambil akan dipanggil dari bawah sahaja apabila diperlukan dan jika dia keluar dari bilik aku pun tiada siapa akan itu kami bebas melakukan apa sahaja ketika kami apabila kami saling melakukan hubungan seks sumbang mahram bersama,aku akan membuka HiFi dengan kuat supaya segala bunyi semasa kami sedang saling melakukan hubungan seks sumbang mahram bersama tidak akan kedengaran. Pada Isteri aku,selalu aku katakan bahawa aku kena kerja luar berhampiran dengan kampung Mertua aku dan aku akan tidur atau berehat di rumah amat gembira sekali kerana aku kerap berkunjung dan menjenguk suatu ketika ketika aku sedang menyetubuhi lubang cipap Emak Mertua aku tu,handphone aku batang kote aku masih terbenam di dalam lubang cipap nikmat Emak Mertua aku tu aku menjawab handphone handphone aku,Isteri aku menanyakan aku berada di nyatakan aku sedang berehat di rumah menyakinkan dirinya dia mintak untuk bercakap dengan katakan bahawa Emaknya sedang berada di dapur tetapi dia tetap ingin bercakap dengan Emaknya lalu aku berpura-pura menjerit memanggil Emaknya sedangkan Emaknya sedang aku hempap dengan batang kote aku masih lagi tertanam di dalam lubang cipap senyapkan selang seminit dan kemudian aku serahkan handphone aku kepada Emak Mertua aku tu yang sedang aku Mertua aku tu terus mengambil handphone aku tersebut dan memulakan perbualan dengan anaknya sambil aku meneruskan henjutan batang kote aku di dalam lubang teruskan menyorong-tarik batang kote aku di dalam lubang cipap Emak Mertua aku tu,aku menghisap kedua-dua teteknya sedang dia terus berbual-bual dengan melihat wajah Emak Mertua aku tuku menahan kenikmatan dari perlakuan hubungan seks sumbang mahram kami. “Has,Mak tak dapat berbual panjang ni…nanti hangus lauk kat atas dapur…!!!Nanti la kita berbual lagi ye…!!!”kata Emak Mertua aku tu cuba menamatkan perbualan telefon dengan Isteri aku dan terus menyerahkan handphone aku tu kepada memastikan aku telah menutupnya dan selepas itu Emak Mertua aku mengerang dengan kuat kerana terlalu nikmat dengan asakkan batang kote meneruskan perlakuan hubungan seks sumbang mahram kami sehingga ke kemuncak. Setiap kali aku berkunjung,akan berakhir dengan kami berdua sama-sama lemas saling melakukan hubungan seks sumbang mahram bersama merasa sungguh bahagia pada itu,peti ais di bilik aku sentiasa dipenuhi dengan air tin Tongkat Ali Power Root untuk aku dan air tin Manjakani Power Root untuk Emak Mertua aku hendak memulakan saling melakukan hubungan seks sumbang mahram bersama,kami akan sama-sama menonggak air tersebut dan bertahanlah perlakuan hubungan seks sumbang mahram bersama kami sehingga lebih kurang 2 Tongkat Ali,batang kote aku keras menegak dan dengan Manjakani,lubang cipap Emak Mertua aku tu sentiasa sempit seperti lubang cipap anak dara…………………………….
Berita tentang rencana acara peringatan tiga tahun meninggalnya almarhum ayah mertuaku yang disampaikan Rosyid saudara istriku dari kampung, tidak terlalu mengejutkan. Karena aku dan istriku Marni telah memperhitungkan sebelumnya hingga sudah menyiapkan anggaran untuk keperluan kegiatan itu guna membantu ibu yang membuatku terkejut, sebelum pulang Rosyid menyeretku dan berbisik memberitahu bahwa di kampung belakangan santer beredar isu bahwa ibu mertuaku ada main dengan Barnas, tukang ojek warga setempat. “Saya kira Barnas hanya mengincar duitnya Bude Amah nama ibu mertuaku Salamah. Bude kan sudah tua, masa sih Kang Barnas mau kalau nggak ngincar uangnya,” kata Rosyid, saat aku mengantar dia keluar rumah dan tidak ada Marni di dekat Rosyid, ia menyampaikan itu agar aku jangan kaget jika mendengarnya. Juga diharapkan dapat mengingatkan ibu mertuaku. Karena menurut Rosyid, warga kampung sudah geregetan dan berniat menggerebeknya kalau sampai ketahuan. “Terima kasih informasinya Sid. Saya akan mencoba mengingatkan ibu kalau ada saat yang perselingkuhan ibu mertuaku dengan tukang ojek itulah yang membuatku banyak termenung dalam bus yang membawaku dari Jakarta menuju ke desa di sebuah kabupaten di Jawa Tengah. Seperti halnya Rosyid, aku juga tidak habis pikir kenapa ibu mertuaku sampai terlibat selingkuh dengan bekas istri Sekdes dan tergolong orang berada di kampungnya, ibu mertuaku termasuk pandai merawat diri di samping tergolong lumayan cantik. Maka meskipun usianya telah 52 tahun, masih nampak sisa-sisa berkulit bersih itu juga bisa dibilang masih menyimpan pesona untuk membangkitkan hasrat lelaki. Jadi tidak benar anggapan Rosyid bahwa ibu mertuaku tidak menarik lagi bagi laki-laki. Bagian pantat dan busungan buah dadanya memang masih menantang. Aku tahu itu karena ibu mertuaku sering hanya mengenakan kutang dan menutup tubuhnya dengan balutan kain panjang saat di dalam dari tubuh ibu mertuaku yang sudah kurang menarik hanya pada bagian perutnya. Seperti kebanyakan wanita seusia dia, perutnya sudah tidak rata. Juga lipatan yang sudah mulai muncul di bagian leher dan kelopak untuk bagian tubuh yang lainnya, sungguh masih mampu membuat jakunku turun naik. Kakinya yang panjang, betisnya masih membentuk bulir padi dengan paha yang mulus dan membulat kekar. Dadanya juga sangat montok. Entah kalau soal masih kenyal dan tidaknya. Aku sendiri suka ngiler karena tetek istriku tak sebesar punya ibunya itu di samping kulit istriku tak secerah kulit ketika ibu berkunjung dan menginap beberapa lama di rumahku, aku nyaris gelap mata. Saat itu Marni istriku baru melahirkan anak pertamanya. Ibu sengaja datang dan tinggal cukup lama untuk menggantikan peran Marni mengurus tinggal di rumahku, kebiasaan ibu mertuaku di desa yang hanya mengenakan kutang dan membalut tubuh bagian bawah dengan kain panjang saat di rumah, tetap dilakukannya. Alasannya, Jakarta sangat panas hingga ia merasa lebih nyaman berbusana ala Tarzan seperti tidak ada masalah, karena ibu mertuaku hanya berpakaian seperti itu saat ada di dalam rumah. Namun khusus bagiku saat itu jadi terasa menyiksa. Betapa tidak, sementara harus berpuasa syahwat karena istri yang tidak bisa melayani selama 40 hari setelah melahirkan sementara setiap saat aku seolah disodori pemandangan menggiurkan penampilan ibu ibu mertuaku tanpa merasa risi sering berpakaian setengah telanjang memperlihatkan bagian-bagian tubuhnya yang masih merangsang di hadapanku. Bahkan kutang yang dipakainya kerap tampak kekecilan hingga susunya yang besar tidak bisa muat sepenuhnya terbungkus kutang yang dipakainya. Aku jadi tersiksa, terpanggang oleh nafsu yang tak bahkan pernah gelap mata dan nyaris nekad. Malam itu, saat hendak buang air kecil ke kamar mandi, aku sempat berpapasan dengan ibu mertuaku yang juga baru dari kamar mandi. Namun yang membuat mataku melotot, ia keluar dari kamar mandi nyaris bugil. Hanya mengenakan BH, sementara kain panjang yang biasa dipakainya belum dilitkan di dengan santainya, sambil jalan digunakannya kain panjang itu untuk mengelap bagian bawah tubuhnya yang basah. Terutama di selangkangannya untuk mengelap memeknya yang baru tersiram air. “Ee.. ee.. kamu belum tidur Win?” katanya tergagap ketika menyadari kehadiranku.“Be.. be.. belum Bu. Saya mau ke kamar mandi dulu,” ujarku sambil memelototi tubuh telanjangnya jadi tersipu ketika merasa sorot mata menantunya terarah ke selangkangannya. Ia berusaha dengan susah-payah melilitkan kain panjangnya untuk menutupi bagian tubuhnya itu. Lalu bergegas menuju ke kamarnya. Namun sebelum masuk ke kamar ia sempat berpaling dan melempar senyum padaku. Senyum yang sangat sulit malam itu menjadi malam yang sangat menyiksa. Sebab kendati sepintas aku sempat melihat kemulusan pahanya serta memeknya yang berjembut lebat serta pinggul dan pantatnya yang besar. Akibatnya kejantananku yang sudah hampir setengah bulan tak mendapatkan penyaluran langsung berdiri mengacung dan tak mau tidak menimbang bahwa dia adalah ibu dari wanita yang kini menjadi istriku dan nenek dari anakku, rasanya aku nyaris nekad mengetuk pintu kamarnya. Sebab dari senyumnya sepertinya ia memberi peluang. Dan aku sangat yakin di usianya yang telah 52 tahun ia masih memiliki hasrat untuk disentuh meredakan ketegangan yang sudah naik ke ubun-ubun, malam itu aku menyalurkan sendiri hasrat seksualku dengan beronani. Aku mengocok di kamar mandi sambil membayangkan nikmatnya meremasi tetek besar ibu mertuaku serta menancapkan kontolku ke lubang memeknya yang berbulu sangat soal ibu mertuaku yang terlibat perselingkuhan dengan tukang ojek, ternyata bukan isapan jempol. Itu kutahu setelah sampai di kampungku. Aku mendapatkan kepastian itu dari Ridwan, temanku yang menjadi guru di salah satu SD di kampungku. Aku memang sempat mampir ke rumahnya sebelum ke rumah ibu mertuaku.“Kalau mungkin setelah acara peringatan almarhum ayah mertuamu, sebaiknya Bu Amah kamu ajak saja ke Jakarta Win. Jadi tidak menjadi aib keluarga. Soalnya orang-orang sudah mulai menggunjingkan,” kata dia saat aku saran Ridwan memang sangat tepat. Tetapi kalau ibu mertuaku menolak, rasanya sulit juga untuk memaksanya. Untuk berterus terang bahwa sudah banyak warga kampung yang tahu bahwa ibu mertuaku berselingkuh dengan Barnas dan warga berniat menggerebeknya, ah rasanya sangat tidak pantas mengingat kedudukanku sebagai berpikir keras dalam perjalanan ke rumah ibu mertuaku, kutemukan sebuah solusi. Bahkan ketika aku mulai memikirkan langkah-langkah yang akan kulakukan, tak terasa batang penisku jadi menegang. Hingga aku segera bergegas agar segera sampai ke rumah dan tidak kemalaman. Aku takut ibu mertuaku sudah tidur dan tidak bisa menjalankan ibu mertuaku belum tidur dan ia sendiri yang membukakan saat aku mengetuk pintu. Seperti biasa setelah kucium tangannya, ibu langsung memelukku. Namun berbeda dari biasanya, pelukan ibu mertuaku yang biasanya kusambut biasa-biasa saja tanpa perasaan kali ini sangat kunikmati. Bahkan kudekap erat hingga tubuhnya benar-benar merapat ke biasa ia hanya memakai kutang dan melilitkan kain panjang di pinggangnya. Saat kupeluk buah dadanya terasa menekan lembut ke dadaku. Teteknya yang besar masih lumayan kenyal, begitu aku membathin sambil tetap dengan sengaja aku sempat mengusap-usap punggungnya dan mukaku sengaja kudekatkan hingga pipiku dan pipinya saling menempel. Tidak hanya itu, aku yang memang punya rencana tersendiri, sengaja mencoba memancing reaksinya. Puas merabai kehalusan kulit punggungnya, tanganku meliar turun. Ke pinggangnya dan terus ke bokongnya yang terbalut lilitan kain ibu mertuaku tidak memakai celana dalam. Karena tidak kurasakan adanya pakaian dalam yang dikenakan. Namun yang membuatku makin terangsang, pantat besar ibu mertuaku ternyata masih cukup liat dan padat. Ah, pantas saja Barnas mau menjadi pasangan selingkuhnya. Rupanya Barnas punya selera yang bagus juga pada tubuh perempuan, pikirku kembali tidak menyadari atau menikmati yang tengah kulakukan, ibu mertuaku tidak memprotes saat tanganku mulai meremasi bongkahan pantatnya. Namun setelah beberapa lama akhirnya ia bereaksi. “Uu… udah Win nggak enak kalau ketahuan si mbok. Ia belum tidur, masih bersih-bersih di dapur,” ujarnya.“I. ii.. iya Bu. Maaf saya kangen banget sama ibu,”“Marni dan Rafi nggak ikut Win?” kata ibu padanya kehamilan Marni sudah masuk ke hitungan sembilan bulan dan Rafi sering rewel kalau berpergian jauh tanpa ibunya jadi mereka tidak ikut pulang. “Ohh… ya nggak apa-apa. Manto adik istriku juga katanya tidak bisa datang. Dia cuma kirim wesel,” ujarnya ibu aku diantar ke kamar yang biasa kupakai bersama Marni saat pulang kampung. Namun saat ia menyuruhku mandi, kukatakan bahwa tubuhku agak meriang. “Oh.. biar si mbok ibu suruh merebus air untuk kamu mandi biar seger. Sudah kamu tiduran saja dulu. Kalau mau nanti ibu pijitin dan dibalur dengan minyak dan bawang merah ditambah balsem gosok setelah mandi biar hilang masuk anginnya,” katanya sambil bergegas keluar dari ia melangkah pergi, kupandangi goyangan pantat besarnya yang tercetak oleh lilitan kain panjang yang dipakainya. Pantat yang masih padat dan liat. Perutnya memang mulai sedikit membuncit. Maklum karena usianya sudah tidak muda lagi. Namun dengan posturnya yang tinggi besar kekurangannya di bagian perut itu dapat mandi dan makan malam, aku pamit pada ibu mertuaku untuk masuk kamar. Tetapi sambil jalan aku kembali berpura-pura seperti orang yang tengah tidak enak badan. Maksudku untuk mengingatkan ibu mertuaku perihal tawarannya untuk memijiti tubuhku. Dan benar saja, melihat aku memegangi kepalaku yang sebenarnya tidak pusing dia langsung tanggap.“Oh ya mbok, tolong ambilkan minyak goreng, bawang merah dan balsem untuk memijit Nak Win. Sesudah itu si mbok tidur saja istirahat karena besok harus siap-siap masak,” perintah ibu mertuaku pada Mbok Dar, pembantu yang sudah lama ikut keluarga lebih dari lima menit, ibu mertua menyusulku masuk kamar membawa piring kecil berisi minyak goreng, irisan bawang merah dan uang logam serta balsem gosok. “Katanya mau dipijit. Ayo buka kaos dan sarungnya. Kalau dibiarkan bisa tambah parah masuk anginnya,” ujarnya setelah duduk di tepian ranjang tempat aku itu aku hanya memakai celana dalam tipis di balik sarung yang kupakai. Maka setelah sarung dan kaos kulepas, seperti halnya ibu mertuaku yang hanya memakai kutang dan membalut tubuh dengan kain panjang, tinggal celana dalam tipis yang masih melekat di kulihat mata ibu mertuaku menatapi tonjolan yang tercetak di celana dalamku. Sejak memeluk dan meremas pantat ibu mertuaku serta merasakan busungan buah dadanya menempel di dadaku, penisku memang mulai bangkit. Kuyakin batang kontolku itulah yang tengah menjadi perhatiannya. Boleh jadi ia mengagumi batang kontolku yang memang ukurannya tergolong panjang dan memang tidak menatapi secara langsung ke selangknganku. Tetapi sambil mencampurkan bawang merah, minyak dan balsem di piring untuk dibalurkan di tubuhku sebelum dipijat, sesekali ia mencuri pandang. Aku makin yakin bahwa gairahnya dalam urusan ranjang memang masih belum padam. Dan karena lirikan mata ibu yang sering tertuju ke selangkanganku itulah aku menjadi makin berani melaksanakan siasat yang telah kurencanakan.“Bu sebenarnya saya nggak meriang. Saya hanya ingin ngoborol berdua dengan ibu karena kangen dan ada yang ingin disampaikan,” ujarku mertuaku tampak kaget. Ia yang tadinya hendak membalurkan campuran balsem, minyak kelapa dan bawang merah ke dadaku diurungkannya dan menatapku penuh tanda tanya. Bahkan terlihat makin panik ketika kukatakan bahwa yang ingin kuketahui adalah soal hubungannya dengan Barnas, pria yang berprofesi sebagai pengojek termasuk soal kegeraman masyarakat yang ingin menangkap basah ibu dan selingkuhannya piring kecil berisi ramuan untuk urut yang dipegangnya tumpah karena kekagetannya, segera kuambil alih. Sambil bangkit dari tidur, kuugenggam tangan ibu mertuaku setelah piringnya kutaruh di meja kecil dekat tempat tidur. “Ibu ceritakan saja sejujurnya pada saya biar nanti kalau sampai Marni tahu saya bisa membantu menjelaskan dan memberinya pengertian,” kataku.“Jangan Win, tolong jangan. Jangan sampai Mirna tahu soal ini. Dia belum tahu kan?” Ibu mertuaku menghiba. Ia tampak makin panik.“Belum Bu. Hanya saya yang tahu dari orang-orang. Makanya ibu ceritakan saja semuanya. Ibu benar-benar serius hubungannya dengan Barnas?”Setelah kudesak dan kuyakinkan bahwa aku tidak akan menceritakannya pada Marni, ia akhirnya bercerita. Menurutnya, ia sampai berhubungan dengan Barnas karena iseng dan kesepian. Setelah mencobanya sekali, menurut pengakuan ibu mertuaku, sebenarnya ia tidak berniat mengulangnya lagi. Takut menjadi gunjingan di setiap kesempatan Barnas sering datang dan mendesak. Bahkan mengancam akan menceritakan kepada orang-orang bila ibu mertuaku tidak melayaninya. Hingga sudah tiga kali terpaksa ibu mertuaku melayani Barnas. “Setelah bapaknya Marni tidak ada ibu sering kesepian Win. Sampai akhirnya ibu khilaf,” ujarnya.“Kalau dengan Pak Lurah, hubungannya sejauh mana Bu,”Aku mempertanyakan itu karena selain dengan Barnas ada pula kabar miring yang kudengar dari teman di kampung, Pak Lurah juga sering bertandang ke rumah ibu mertuaku. Namun kabar miring itu ditepisnya tegas-tegas oleh ibu mengakui beberapa kali Pak Lurah datang ke rumah. Bahkan pernah mengajaknya untuk menikah siri atau menikah tidak resmi. Tetapi menurut ibu mertuaku, ia dengan tegas telah menolaknya hingga akhirnya tidak pernah datang lagi.“Ibu memang cantik dan sexy sih. Saya saja suka nggak tahan kalau melihat ibu,” kataku mencoba memancing.“Huussh.. ngomong apa kamu Win. Ibu kan sudah tua,”“Eeh bener lho Bu. Ingat nggak waktu saya memergoki ibu malam-malam keluar dari kamar mandi dan sempat melihat i.. itunya Ibu?”Kuceritakan pada ibu mertuaku bahwa saat itu aku benar-benar sangat terangsang. Bahkan nyaris nekad menyusul ibu ke kamar. Namun karena takut ibu menolak, akhirnya kuurungan. Hanya di kamar, sampai pagi aku tidak bisa tidur karena hasrat yang tak tersenyum mendengar ceritaku. Menurutnya, saat itu ia memiliki perasaan serupa karena gairahnya juga lagi tinggi. “Kalau saat itu kamu nekad masuk kemar pasti kejadian deh,” itu mendorongku bertindak nekad. Kulingkarkan tanganku ke pundaknya dan kukecup lembut pipi ibu mertuaku. Ia agak kaget dengan tindakan nekadku itu namun tidak berusaha menolak. “Kalau begitu sekarang saja ya Bu. Saya pengin banget, ’ kataku berbisik di telinganya.“Ta.. ta.. tapi Win,”Tetapi ibu mertuaku tidak bisa melanjutkan kata-katanya karena mulutnya langsung kusumbat dan kulumat dengan mulutku. Ia sempat gelagapan. Namun ia yang awalnya hanya diam atas serangan mendadak yang kulancarkan, akhirnya memberi perlawanan saat lidahku mulai kujulurkan menyapu di seputar rongga terus melumat bibirnya, aku makin berani untuk bertindak lebih jauh. Kuremas teteknya yang masih terbungkus BH warna hitam. Namun karena kurang puas, tanganku merogoh untuk meremas langsung gunung kembarnya. Payudaranya ternyata sudah agak kendur. Hanya ukurannya benar-benar mantap. Bahkan lebih besar dibanding susu Marni meski dia sedang juga besar dan menonjol. Aku jadi makin gemas untuk terus meremas dan memain-mainkan pentil-pentilnya. Ibu mertuaku menggelinjang dan mendesah. Bahkan tanpa kuminta dilepaskannya pengait pada BH yang dipakainya hingga penutup buah dadanya terlepas. Aku jadi makin leluasa untuk terus meremasi teteknya.“Tetek ibu udah kendor ya Win?” kata ibu mertuaku lirih.“Ah nggak. Tetek ibu besar dan mantep. Saya sangat suka tetek ibu. Ngegemesin banget,”“Punya Marni juga besar kan?”“Tapi masih kalah besar di banding punya ibu ini,” kataku sambil meremas gemas dan membuat ibu mertuaku memekik yang semula pasif menyandar ke tubuhku sambil menikmati belaian dan remasan tanganku di teteknya, kian terbangkitkan hasratnya. Tangannya mulai menjalar dan menyentuh kontolku. Mengelus dan meraba meski masih dari luar celana dalam yang kupakai. Mungkin ia sudah kebelet ingin menggenggam dan melihat membantunya dengan memelorotkan celana dalamku. Benar saja, setelah terlepas ibu mertuaku langsung meraih batang zakarku. Mengelus kepala penisnya yang membonggol dan mengocok-ngocoknya perlahan batangnya. Tampaknya dia benar-benar ahli untuk urusan memanjakan pria. Bahkan biji-biji pelir kontolku diusap-usapnya menikmati kocokannya, kulepas lilitan kain panjang yang membungkus tubuh ibu mertuaku. Tidak terlalu sulit karena ia hanya melilitkan dan menggulungkannya di atas pusarnya. Sekali tarik langsung tidak keliru. Ia tidak memakai celana dalam di balik kain panjang yang dipakainya. Wow memeknya terlihat sangat membukit di antara kedua pangkal pahanya. Aku yang sudah dua bulan puasa karena perut Marni yang makin membesar akibat kehamilannya menjadi tidak sabar untuk segera menyentuhnya. KUbaringkan tubuh ibu mertuaku lalu aku mengambil posisi berbaring dengan arah cuma tetek Marni yang kalah besar dengan milik ibunya. Dari segi ukuran dan ketebalannya, memek mertuaku juga lebih unggul. Mantap dan menawarkan kehangatan yang menantang untuk direguk. Aku langsung mengecup dan mencerucupi inchi demi inchi organ vital milik ibu mertuaku. Menjilatinya mulai lipatan bagian dalam pahanya hingga ke bagian yang membukit dan ke celahnya yang hangat dan sudah mulai tak mau kalah. Kurasakan biji-biji pelirku dijilati dan dicerucupi serta dikulumnya. Tubuhku mengejang menahan kenikmatan yang tengah diberikan ibu mertuaku. Meski harus setengah dipaksa, Marni memang sering mengulum penisku sebelum bersetubuh. Namun yang dilakukan ibu mertuaku dengan mulutnya pada penisku sangat terlalu lama pertahananku bisa jebol dan KO sebelum dapat memberi kepuasan kepada ibu mertuaku. Aku tidak mau ibu mertuaku menyangsikan kejantananku. Apalagi di perselingkuhan pertama kami. Untuk mengimbangi permainannya, lidahku kubenamkan dalam-dalam di lubang memeknya dan mulai mencongkel-congkel membuka lebar-lebar pahanya dan menghentikan jilatan serta kulumannya pada kontolku. Rupanya ibu mulai menikmati permainan mulutku di liang sanggamanya. Itilnya makin menyembul keluar akibat pososi pahanya yang makin mengangkang. Makin kuintensifkan fokus permainanku pada kelentitnya. Kukecupi, kuhisap dan kutarik-tarik itilnya dengan bibirku.“Aakkhhhh… ssshh aahhhkkkhh enak bangat Win. Kamu apakan itil ibu Win. Aakkkhh… aakhhhh… aaaaaahhhhh,”Rintihan dan erangan ibu makin menjadi. Bahkan sesekali terlontar kata-kata jorok dari mulutnya. Bisa-bisa Mbok Darmi, pembantu ibu mertuaku yang tidur di belakang mendengar dan menaruh curiga. Maka langsung kutindih tubuh ibu dan kusumbat mulutnya dengan mulutku. Lalu dengan tanganku, kuarahkan kontolku ke liang ibu mertuaku menggerinjal saat batang penisku menerobos masuk di lubang memeknya. Ia memekik tertahan dan dicubitnya pantatku. “Ih.. jangan kenceng-kenceng nusuknya. Kontol kamu kegedean tahu…” kata ibu mertuaku tapi tidak dalam nada juga dipuji ibu bahwa ukuran penisku cukup gede. “Sama punya Barnas gede mana Bu?”Ibu rupanya kurang suka nama itu disebut. Ia agak merengut. “Membayangkan ibu disetubuhi Barnas saya cemburu Bu. Makanya saya pengin tahu,” ujarku berbisik di telinganya.“Ibu tidak akan mengulang lagi Win. Ibu janji. Punya dia kalah jauh dibanding kontolmu. Memek ibu kayak nggak muat dimasuki kontolmu. Ah.. marem banget,” jawabnya ibu mendesah dan merintih ketika mulai kukocok lubang nikmatnya dengan penisku. Awalnya terdengar lirih. Namun semakin lama, saat ayunan dan hunjaman kontolku makin laju, kembali ia menjadi tak terkendali. Ia bukan hanya merintih tetapi mengerang-erang. Kata-kata joroknya juga ikut berhamburan.“Ah.. sshh… aaahh terus Win.. ya.. ya terus coblos memek ibu. Ah.. aaahhh… sshhh enak banget kontolmu Win. Gede dan mantep banget… aahhhh… aaaooooohhhh… ssshhhh,”Celoteh dan erangannya membuatku makin bernafsu. Apalagi ketika ibu mulai mengimbangi dengan goyangan pinggulnya dan membuat batang kontolku serasa diremas-remas di lubang memeknya. Ternyata memeknya masih sangat legit meski terasa sudah longgar dan kendur. Erangan ibu makin keras dan tak terkendali, tapi aku tak peduli.“Memek ibu juga enak banget. Saya suka ngentot sama ibu. Sshhh… aaahh.. yaa terus goyang bu… aahh.. ya. ya buu… aahsshhh,”Berkali-kali hunjaman kontolku kusentakkan di lubang memek ibu mertuaku. Ia jadi membeliak-beliak dan suara erangannya makin kencang. Goyangan pinggulnya juga terus berusaha mengimbangi kocokan kontolku di liang sanggamanya. Benar-benar nikmat dan pandai mengimbangi lawan ini kelebihan lain yang tidak kutemukan pada diri Marni, memek ibu yang tadinya terasa longgar otot-otot yang ada di dalamnya kini seakan hidup. Ikut bergerak dan menghisap. Ini mungkin yang dinamakan memek empot ayam. Aku jadi ikut kesetanan. Sambil terus menyodok-nyodokkan kontolku di lubang vaginanya, pentil tetek kuhisap mengerang sejadi-jadinya. Saat itulah kedua kakinya melingkar ke pinggangku, membelit dan menekannya kuat-kuat. Rupanya ia hendak mendapatkan puncak kenikmatannya. Makanya kusumbat mulut ibu dengan mulutku. Lidahnya kukulum dan kuhisap-hisap. Akhirnya, setelah kontolku serasa diperah cukup kencang, pertanahanku ikut berapa lama aku tertidur. Namun saat bangun, ibu mertuaku sudah tidak ada di ranjang tempat tidurku. Rupanya ia sedang berada di daput membuatkan teh panas untukku setelah membersihkan diri di kamar mandi. Seulas senyum memancar di wajahnya saat kami saling tatap sebelum aku masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
cerita dewasa dengan ibu mertua