Trainerpada Training of Trainer (TOT) Analisa Anggaran Publik (APBD) oleh MCW-YAPPIKA di Batu, 28-30 April 2004 6. Pemateri Women budget Analysis pada Latihan Khusus Kohati oleh Kohati HMI Cabang Malang di Batu, 25-30 April 2004 7. Fasilitator Pelatihan Advokasi Kebijakan APBD oleh MCW-YAPPIKA di Batu, 26-27 Mei 2004 8.
Dengankata lain kehadiran KOHATI pada aktivitas eksternal HMI merupakan pembawa misi perjuangan HMI. Oleh karenanya KOHATI harus senantiasa mengadakan koordinasi dengan HMI. Hal itu dapat dilihat pada sosok dan peran aktif dua orang hawa yaitu Maesaroh Hilal dan Siti Zaenah1 yang secara struktural terlibat dalam kepengurusan (Maesaroh Hilal
Contohkata motivasi untuk HMI Beberapa kumpulan kata yang bisa memotivasi mu untuk berkembang dan maju bersama HMI bisa kamu comot sepuasnya dibawah ini : Bersama HMI pasti jaya! Mari kobarkan semangat mahasiswa. Maju tak gentar membela yang benar. semangat HMI akan selalu ada untuk seluruh pergerakan mahasiswa di Indonesia
IniKata Kemendagri Kemendagri Sebut Achmad Marzuki Telah Pensiun Dari TNI. Beranda Headline HMI dan Kohati dalam Perjuangan Adalah Partner Yang Setara. HMI dan Kohati dalam Perjuangan Adalah Partner Yang Setara. admin. Selasa, 8 Maret 2022 1353 Dilihat. Imayati Kalean (Sekretaris Umum Kohati PB HMI)
Kohatibertugas membina, mengembangkan, dan meningkatkan potensi HMI- Wati dalam wacana dan dinamika keperempuanan. Sebagai insan pengabdi, Kohati senantiasa sadar akan peran dan tanggung jawabnya dengan membina dan meningkatkan kualitas masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari beberapa program kerja maupun agenda yang sering diadakan Kohati.
4 Rasa tanggung jawab yang besar dalam membangun masyarakat. 5. HMI-Wati mempunyai cita- cita yang mulia, untuk itu memerlukan wadah dalam membina dan mengembangkannya. 6. HMI sendiri membutuhkan kekuatan massa yang besar dalam segala aspek perjuangan. Berbagai Latar Belakang berdirinya KOHATI.
tZPErkR.
PERAN KOHATI DALAM MENCETAK KADER HMI- WATI SEBAGAI FIGUR YANG BERPENGARUH DALAM MEMBINA MASYARAKAT INDONESIAPERAN KOHATI DALAM MENCETAK KADER HMI- WATI SEBAGAI FIGUR YANG BERPENGARUH DALAM MEMBINA MASYARAKAT INDONESIAWomen is one of the human resources who's also influence the development in a country. A lot of women had been influential in the development of Indonesia. A woman should not just shut up and hide in the backs of men only as a complement of life. There are some organizations that participate actively in the fight for the rights of women and feminism, one of whom Corps HMI-Wati KOHATI. KOHATI formally established in the first National Conference, to coincide with the September 17, 1966/ 2 Jumaddil Akhir 1386 H in Solo. KOHATI is one of the special body ex-officio of HMI. KOHATI stood out because at first time, there is no field to concentrate fully on the issues of femaleness in HMI. KOHATI should create HMI-Wati like her job and the function of a women as a child, mother and a figure that protect the society like a Mars of KOHATI, " Membina masyarakat Islam Indonesia "
Oleh Rahmatia Lang Ere Mantan Pengurus HMI Cabang Kupang Hari ini, 17 September 2017, Korps HMI-Wati telah berusia 51 tahun matahari. Tadi malam saya mencoba menyiapkan kado’ untuk ulang tahunnya. Saya iseng searching di google scholar dengan kata kunci ’KOHATI Korps HMI-Wati’. Kata kunci yang saya masukkan hanya memberikan hasil pencarian sebanyak 40, dan hanya beberapa artikel yang kontennya memiliki relevansi dengan KOHATI. Di antaranya terdapat 2 artikel yang merupakan hasil penelitian mahasiswa S1 tentang KOHATI serta 2 artikel tentang HMI. Hasil pencarian yang lain mayoritas memuat kata KOHATI dan HMI’ hanya dalam kata pengantar karya ilmiahnya. Ini berarti masih minimnya informasi ilmiah mengenai sejarah pergerakan KOHATI yang bisa diperoleh secara online. Di beberapa blog memang ada, akan tetapi kadang tidak menyertakan sumber yang jelas. Artikel pertama yang saya peroleh berjudul “Peran kohati cabang Ciputat periode 1970-1980 dan pengaruhnya terhadap perkembangan intelektual mahasiswa IAIN Jakarta” yang merupakan hasil penelitian Maria Ulfah, mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sedangkan artikel kedua “Dinamika Organisasi Perempuan Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Pekanbaru Periode 2008-2011” naskah publikasi Defi Andriani dari Universitas Riau. Saya mencoba searching lagi di google, dan menemukan skripsi Isnaini, mahasiswa Universitas Airlangga yang berjudul “Korps HMI-Wati KOHATI dan Politik Identitas Perempuan Studi Deskriptif Mengenai Eksistensi Pergerakan Kohati di Indonesia”. Ulfah 2011 dalam skripsinya menjelaskan tentang peran KOHATI Cabang Ciputat periode 1970-1980 dan pengaruhnya terhadap perkembangan intelektual mahasiswa IAIN Jakarta. Ada beberapa prestasi dari kader KOHATI Cabang Ciputat yang ditampilkan dalam skripsi ini sebagai bukti bahwa KOHATI Cabang Ciputat pada masa itu berhasil membina kader pada wilayah internal dan menjadi pelopor bagi perkembangan intelektual mahasiswa IAIN Jakarta pada wilayah eksternal. Skripsi ini pada hakikatnya hanya membahas bagaimana peran KOHATI Cabang Ciputat dalam perkembangan intelektual mahasiswa IAIN Jakarta, dan sedikit menyinggung proses perkembangan KOHATI ditingkat Nasional sebagai gambaran perkembangan KOHATI ditingkat daerah salah satunya yaitu KOHATI Cabang Ciputat. Andriani 2014 dalam penelitiannya menemukan hasil bahwa dinamika yang terjadi di KOHATI HMI Cabang Pekanbaru Periode 2008-2011 di antaranya Kualitas kader yang semakin menurun sehingga menyebabkan permasalahan-permasalahan baik internal maupun eksternal yang sulit untuk diselesaikan; Degradasi kader; Perkaderan yang mandeg; Kurang peka terhadap isu-isu perempuan; Pengurus merupakan mahasiswa semester atas’; serta Pergeseran pemahaman mengenai peran keberadaan organisasi yang menaungi. Isnaini 2008 dalam skripsinya memberikan gambaran mengenai eksistensi peranan KOHATI dan arah dari pergerakan dan perjuangan KOHATI selaku badan khusus keperempuanan dalam HMI dan selaku organisasi perempuan di eksternal HMI sehubungan dengan munculnya ide pembubaran atau otonomisasi KOHATI, serta alasan-alasan kenapa KOHATI menolak ide tersebut. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa secara massif KOHATI telah membuktikan eksistensinya baik di internal HMI maupun di masyarakat secara luas melalui realisasi program-programnya dan lebih memerankan perempuan dalam setiap aktivitas ke-HMI-an, dengan mengusung isu yang bertumpu pada masalah kesejahteraan, pemberdayaan, egalitarianisme, demokrasi dan moralitas masyarakat. KOHATI juga melakukan edukasi kepada para kadernya dalam bentuk seminar, pelatihan kaderisasi, penelitian, kajian-kajian dan diskusi. Tetapi eksistensi tersebut tidak serta merta melegitimasi kedudukan KOHATI dalam HMI. Muncul ide untuk membubarkan atau mengotonomkan KOHATI. Dan KOHATI menolaknya, dengan alasan KOHATI belum mempunyai basis finanasial yang kuat dan mandiri, belum mempunyai konstitusi dan sistem pengkaderan sendiri, serta budaya organisasi HMI yang maskulin yang dapat menghambat proses penyadaran tentang kesetaraan gender membuat KOHATI tetap ingin mempertahankan badan khusus keperempuanannya tersebut. Keberadaan KOHATI sebagai wadah dalam mematangkan kader HMI-wati yang rata-rata umumnya mempunyai intelectual capacity yang lemah dibanding HMI-wan. Andriani 2014 dan Isnaini 2008 sependapat bahwa KOHATI masih memiliki banyak masalah internal, baik masalah personal HMI-wati-nya maupun masalah di tingkat organisasi. Masalah personal yang sederhana namun menurut saya sebenarnya merupakan hal prinsip diutarakan oleh Kakanda Abdul Rifai Betawi dalam artikelnya “Reposisi Peran Kohati dalam Dinamika Gerakan Perempuan”. Dalam tulisan tersebut dikatakan bahwa HMI-wati masih banyak yang terjebak pada style-style yang trendy. Padahal jilbab bukanlah sekedar kemasan keislaman seorang wanita muslim namun jilbab harus dijadikan sebagai penjaga fitrah kewanitaan. Jilbab jangan cuma ditafsirkan sekedar mantel yang peranan mode’nya lebih penting dari pada penjaga moral. Terkait masalah di tingkatan organisasi, saya tidak berani berkomentar banyak. Saya sudah berada di luar sistem. Tapi saya juga tidak berani membantah apa yang dinyatakan oleh Andriani 2014 dan Isnaini 2008. Masalah-masalah yang telah dipaparkan tidak perlu di-debat-kusir-kan. Jika ingin membantah hasil penelitian yang telah ada, saya rasa secara kelembagaan, KOHATI baik di tingkat cabang maupun pengurus besar, ataupun personal HMI-wati mampu melakukannya. Sebagai insan akademis, penelitian merupakan hal yang biasa, apalagi jika dilakukan oleh organisasi secara terstruktur, pasti akan lebih mudah. Hasil penelitian yang ada bisa dijadikan bahan rekomendasi untuk perbaikan organisasi ke depannya. Akhir kata, Selamat Milad KOHATI. Tidak terlalu penting berapa usiamu dan bagaimana meriahnya perayaan pertambahan usiamu. Yang terpenting adalah apa yang telah, sedang, dan akan kau perbuat demi menjaga kokohnya tiang negara. Mari sama-sama berjuang agar terbina muslimah berkualitas insan cita.
Oleh Ulfa Dahliyani Ritonga* KOHATI Korps HMI Wati, kurang lebih satu periode sudah aku berproses di KOHATI. Bukan berarti selesai, ungkapan itu hanya sebagai kiasan terusan dari amanah yang kini aku emban dalam wadah yang lebih struktural yakni di komisariat. Walaupun begitu, satu periodesasi di KOHATI dapat membuat Intelegence Question ku tidak begitu terkejut dengan dinamika proses yang tentunya lebih dewasa. Berbicara mengenai KOHATI, aku pribadi memandang KOHATI sebagai wahana untuk mengakomodir potensi dan menampung aspirasi para HMI-Wati. Ya, begitulah pandanganku tentang KOHATI secara eksplisit. Karena pertukaran masa memang menjadi alasan utama mengapa wanita memang benar-benar membutuhkan wadah khusus untuk mengembangkan potensi wanita, tidak hanya di HMI tapi secara keseluruhan, hal ini tentunya karena wanita itu istimewa sebagaimana juga Islam memandang itu. Sehingga wanita sering di nisbatkan sebagai perhiasan, sebagaimana hadits Rasulullah SAW “Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita yang shalihah.” Muslim. Berkenaan dengan alasan lahirnya KOHATI sejarah juga mengatakan demikian, sedikit kita beranjak ke sejarah KOHATI, KOHATI sendiri didirikan pada tanggal 2 Jumadil Akhir 1386 H bertepatan dengan tanggal 17 September 1966 M pada Kongres VIII di Solo. Ada dua alas an utama yang mendorong lahirnya Kohati, yaitu Secara internal, departemen keputrian pada waktu itu sudah tidak mampu lagi menampung aspirasi para kader HMI-Wati, disamping itu basic-needs anggota tentang berbagai persoalan keperempuanan kurang bisa difasilitasi olehHMI. Secara eksternal, HMI mengalami tantangan yang cukup pelik dikaitkan dengan hadirnya lawan ideologisnya HMI, yaitu komunisme yang masuk melalui pintu gerakan perempuan Gerwani. Selain itu maraknya pergerakan keperempuanan yang ditandai dengan munculnya organisasi perempuan dengan berbagai variasi bentuk ideologi, pilihan isu, maupun strategi gerakannya membuat Hmi harus merapatkan barisannya dengan cara terlibat aktif dalam kancah gerakan perempuan berbasis organisasi perempuan. Sejarah mengatakan bahwa sekitar tahun 1960-an banyak bermunculan organisasi eksternal keperempuanan yang melawan ideologis bangsa. Jadi perubahan masa yang menjadi alsan utama hadirnya KOHATI sebagai perenggut perusak ideologis bangsa yang dibungkus dalam organsisi eksternal keperempuanan seperti GERWANI dan lain sebagainya. Pada awal kemunculannya, KOHATI terus gencar dan fokus dalam meretas itu semua. Seiring dengan perkembangan zaman, terkhusus kebangsaan dan khazanah pendidikan, KOHATI hingga hari ini tetap memiliki tempat dibangsa ini, artinya KOHATI tetap eksis hingga hari ini karena dia berbuat, karena KOHATI itu pandai menyesuaikan diri. Seperti kata Priof Haidar Putra Daulay Survival Of The Fittest , yang paling bertahan ialah ia yang paling bisa menyesuaikan diri. KOHATI sebagai wadah pengembangan potensi HMI-Wati tetap menjadikan penyesuaian terhadap zaman sebagai toalk ukur utama dalam mengevaluasi diri. Ungkapan HMI-Wati Siapakah HMI-Wati? banyak yang bilang HMI-Wati otomatis adalah KOHATI, padahal bukan. Sederhananya KOHATI itu sudah pasti HMI-Wati sedangkan HMI-Wati belum tentu KOHATI, lebih sederhana lagi kita bahas dari kata KORPS HMI-WATI, ya kata korps disitu menjadikan HMI-Wati terhimpun dalam sebuah wadah khusus yakni KOHATI. HMI-Wati adalah seorang mahasiswi yang sudah menyelesaikan Latihan kader 1 LK 1, kedepan seorang mahasiswi tersebut jika menjadi pengurus di komisariat maka ia bukan KOHATI tetapi HMI-Wati. Pada dasarnya tak ada masalah dalam penyebutan itu, tinggal lagi ini menjadi hal yang tetap perlu dibahas agar kita benar-benar memahami KOHATI dari hal terkecil seperti ini. Jadi kedepan para HMI-Wati yang terhimpun dalam KOHATI memiliki analisis yang sangat kritis sehingga tetap dapat menjaga eksistensi KOHATI terlebih dalam era milenial ini yang benar-benar kecerdasan dan intelektual menjadi First Power. Saat ini KOHATI telah berusia 51 tahun sejak kelahirannya pada tanggal 2 Jumadil awal 1386 H atau bertepatan pada tanggal 17 September 1966 M. sebagai badan khusus KOHATI bertugas membina, mengembangkan dan meningkatkan potensi HMI-wati dalam wacana dan dinamika gerakan keperempuanan. Sebagai lembaga perkaderan, KOHATI sesungguhnya memiliki tujuan yang mulia, yakni terbinanya muslimah yang berkualitas insan cita. Berbagai dinamika perkembangan KOHATI dari periode ke periode menunjukkan karakter dan pencirian yang berbeda-beda. Misalnya saja dapat dilihat pada awal pembentukannya, terdapat tiga semangat yang melatarbelakangi lahirnya KOHATI ini, yakni eksistensi, aktualisasi serta akselerasi. Eksistensi yang dimaksud adalah adanya suatu semangat dan kesadaran dari kaum hawa untuk dapat menjadi subjek dalam pembangunan bangsa. Eksistensi KOHATI menjadi salah satu hal yang sangat penting, karena ia menjadi “laboratorium hidup” dalam menghasilkan HMI-wati yang berkualitas menghadapi masa depan. Sedangkan, aktualisasi bermaksud untuk menyatakan dalam tindakan nyata untuk mengadakan pembaharuan dan perbaikan dalam menghadapi tantangan zaman yang senantiasa berubah. Serta, akselerasi adalah semangat dalam melakukan percepatan peran sosiologis dan politis, ditunjukkan sebagai lembaga yang ikut mewarnai masa depan Indonesia. Pembaharuan yang terjadi diberbagai belahan dunia dalam hal membangun kesetaraan masih bergulir hingga sekarang. Pada akhirnya gerakan keperempuanan diseluruh dunia memiliki kekuatan tersendiri. Di Indonesia para pejuang nasionalisme dari kaum perempuan telah ada jauh sebelum kemardekaan Indonesia, seperti Cut Nyak Dien, Kartini, Dewi Sartika dll. Hal ini seharusnya menjadi cerminan bagi KOHATI untuk terus melakukan pembaharuan dalam membangun gerakan yang lebih aktif. KOHATI sebagai salah satu pilar HMI, memiliki fungsi dan peran khusus dalam menjalankan misi organisasi. KOHATI yang merupakan perpanjangan tangan organisasi induk dalam wacana keperempuanan harus mampu mengawal isu yang berkembang dimasyarakat dalam bidang keperempuanan. Memperhatikan hal tersebut, KOHATI saat ini belum banyak menyumbangkan pemikiran-pemikiran brilian jika dibandingkan dengan sumbangsih HMI. KOHATI sebagian besar hanya menjadi penonton tanpa melakukan upaya perbaikan baik itu ditubuh KOHATI maupun terhadap bangsa. Kebesaran KOHATI saat ini masih menumpang pada kejayaan HMI dimasa lalu. Pertanyaan yang lahir, akan kah KOHATI tetap seperti ini?. Harapanku untuk KOHATI di Masa depan Jika ditinjau ulang tujuan KOHATI ialah menciptakan muslimah insan cita. Seperti yang kita ketahui, empat kriteria muslimah insan cita, terdiri dari kepribadian muslimah, Intelektual, Profesional dan Mandiri untuk tetap menegakkan bendera HMI dalam bidang pergerakan perempuan. Hal ini perlu dimiliki oleh KOHATI, jika KOHATI mempersiapkan diri untuk melahirkan kader-kader impian. Kenyataan yang selama ini terjadi KOHATI hanya jalan ditempat dan terkurung oleh konflik internal dalam tubuh KOHATI. Ya, lagi-lagi dinamika yang ada sepertinya lebih dahulu dewasa daripada kader yang ada, atau kadernya yang belum siap akan dinamika yang terus mendewasakan diri? Sangat simpel sebenarnya, sebagai organisasi kader tentunya setiap permasalahan yang ada pasti disebabkan dan akan dipecahkan oleh kader itu sendiri. Artinya ini sebuah keniscayaan, seorang kader memang ditempah untuk menciptakan masalah lalu belajar menyelesaikan masalah itu sendiri. Problem to day, seorang kader taunya membuat masalah mereka lupa menyelesaikan masalah itu, karena kader-kader tadi memiliki anggapan akan adaa kader lain yang menyelesaikan masalah yang telah mereka buat, ini konyol. Dari hal tersebut saya memiliki tiga harapan utama yang terbesit dalam benak saya Peran Aktif KOHATI KOHATI memiliki tanggung jawab yang sangat besar khususnya kepada kader HmI-Wati dan umumnya untuk perempuan di Indonesia, agar mereka menjadi lebih produktif dan mandiri dalam menghadapi segala tantangan zaman yang ada. Dalam wadah KOHATI ini, merupakan labolatorium bibit unggul perempuan-perempuan profesional yang akan memutar misi organisasi HMI mewujudkan masyarakat ADIL MAKMUR yang diridhoi oleh ALLAH SWT. Jadi jelas, disini dibutuhkan seorang HMI-Wati yang benar-benar berperan aktif menghadirkan jasad dan ruhnya dalam KOHATI Pembinaan KOHATI Saatnya membenahi Wadah KOHATI dengan proses pembinaan yang jelas dan terstruktur, Wadah KOHATI harusnya menyiapkan para perempuan profesional untuk membentuk HmiWati yang mampu merespon perkembangan zaman. Lima tahun yang akan datang, Sepuluh tahun yag akan datang, maupun dua puluh tahun yang akan datang dengan adanya bonus demografi yang akan dialami bangsa indonesia setidaknya bibit perempuan hari ini mepunyai skill dan harus membentuk mental yang siap menyongsong masa depan. KOHATI Pribadi yang Mandiri Berbekal YAKIN dari pribadi yang ditanamkan, akan melahirkan tata nilai yang benar, adaptif di lingkungan, siap merespon issu yang berkembang dan memberi gagasan solusi atas permasalahan yang harus terus di perbaiki dengan USAHA yang merupakan peluang saat ini bagi Hmi-wati membentuk skill, pemahaman mengkonstruksi pribadi untuk menanamkan kemandirian sejak dinidengan ditempa mandiri secara mental, mandiri secara personal, mandiri secara pikiran dan mandiri secara ekonomi dengan merespon peluang usaha di daerah yang bisa dikembangkan. Agar SAMPAI pada bagaimana pemetaan perkaderan dalam wadah KOHATI di masa depan sebagai output pembinaan kader HmiWati menyiapkan Sepuluh tahun atau Duapuluh tahun mendatang menjadi perempuan profesional yang mempunyai energi untuk mendorong pembangunan Indonesia dalam setiap tantangannya *Bendahara Umum HMI Komisariat Tarbiyah Periode 2017-2018
– Banyak teman-teman aktivis HMI-Wan bertanya kepada teman-teman aktivis HMI-Wati yang berada di dalam Korps HMI-Wati Kohati, di sela-sela kami sedang mengadakan kegiatan-kegiatan, berdiskusi kecil-kecilan, diskusi ringan, di Sekretariat Kohati Cabang Medan, pertanyaannya kira-kira seperti ini; Bagaimanakah yang dimaksud Kohati atau HMI-Wati tangguh itu? Teman-teman HMI-Wati Kohati menjawabnya secara datar dan normatif. Mungkin mereka menjawabnya sesuai dengan wawasan atau pengetahuan yang mereka dapatkan di dalam training Kohati, seperti Latihan Khusus Kohati LKK. Apa pun jawaban mereka itu, menurut saya sangat benar dan sangat memuaskan. Akan tetapi teman-teman saya dari kaum HMI-Wan kurang puas mendengarkan jawaban mereka. Malah mereka melakukan Brainstorming memunculkan pertanyaan baru dari jawaban Kohati dan dengan masalah baru, begitu selanjutnya kepada HMI-Wati Kohati yang menjawabnya. Bahkan tidak jarang menimbulkan debat kusir saat membahas tentang gender dan poligami. Terkait mengenai fenomena ini, saya sangat tertarik membicarakannya lewat tulisan sederhana ini. Dapat dipastikan secara keseluruhan, pembicaraan-pembicaraan yang demikian tadi terjadi juga di berbagai Cabang HMI atau Kohati-Kohati se-Nusantara. Secara jujur dan berbangga hati, tangagapan saya mengenai hal demikian, walau sering terjadi debat kusir antara teman-teman HMI-Wan dan teman-teman HMI-Wati Kohati, tanpa ada kesimpulan yang mengkerucut, sangat konstruktif membangun. Saya mengatakan sangat konstruktif karena ini merupakan suatu dinamika wacana tentang isu-isu keperempuanan secara ilmu pengetahuan umum dan juga wacana tentang keperempuanan dalam pandangan ajaran agama Islam. Dari dinamika wacana yang sangat konstruktif itu, maka wacana kader-kader HMI baik HMI-Wan dan Kohati akan semakin terbuka. Wawasan semakin bertambah luas, dan pikiran terbuka dan pandai menimbang-nimbang pendapat. Kader-kader HMI HMI-Wan dan Kohati akan lebih memahami bahwa ajaran agama Islam itu tidak dipandang sempit terkait masalah pembahasan keperempuanan di dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits. Dengan luasnya pemahaman kita terkait keperempuanan dalam pandangan Islam maka tidak lagi memandang perempuan secara parsial. Tidak lagi memandang bahwa kelas perempuan itu di bawah kelasnya laki-laki. Bagi kelompok yang memandang bahwa kaum perempuan itu tendah dan atau berada di bawah kaum laki-laki, menurut saya kelompok tersebut telah menafikkan ajaran Rasulullah Saw. dan juga tidak menghargai perjuangan Rasulullah Saw. dalam memperjuangkan harkat dan martabat perempuan-perempuan yang tertindas di zaman Arab jahiliyah. Bukankah Rasulullah Saw. mengatakan tiga kali kata “ibumu” kemudian baru sekali saja kata “bapakmu” pada saat seorang pemuda bertanya pada Rasulullah Saw. kepada siapakah ia berbakti? Bukankah orang yang pertama mendukung dan menafkahkan seluruh hartanya untuk perjuangan Rasulullah Saw. dalam menyebarkan agama Islam, yaitu seorang perempuan yang kaya raya, yang menjadi istri Rasulullah Saw. yaitu Siti Khadijah? Dan Muhammad Saw. itu tidak tidak diangkat menjadi seorang Nabi dan Rasul kecuali meluruskan tauhid kepada Allah Swt, memperbaiki akhlak manusia, melindungi/memerdekakan budak atau kaum-kaum tertindas musthada’afin dan juga melindungi serta mengangkat harkat martabat kaum perempuan. Jika kita membaca sejarah pra kenabian dan juga pra kerasulan Muhammad Saw. kaum perempuan itu dijadikan budak, barang dagangan untuk memenuhi hawa nafsu seksual kaum laki-laki jahiliyah, dijadikan sebagai penghibur, dijadikan barang undian judi, dan bahkan anak perempuan yang lahir dianggap membawa sial bagi keluarga maka harus dikubur secara hidup-hidup. Tingkahlaku jahiliyah itu terjadi di mana-mana bukan hanya di Arab pada masa itu. Di zaman sekarang juga muncul lagi beberapa perbuatan dzalim yang kita sebutkan tadi. Perempuan dijadikan penghibur dan alat pemuas nafsu seksual laki-laki, dijadikan barang dagangan baik impor dan ekspor, perempuan dijadikan model-model seksi sales untuk memasarkan suatu produk. Bahkan ada seorang ayah tidak mensyukuri jika anaknya yang baru lahir berjenis kelamin perempuan. Pemahaman yang seperti ini harus diluruskan kembali. Jika dahulu perempuan dijadikan yang seperti yang kita sebutkan tadi karena dipaksa oleh tuan-tuannya, diperbudak oleh orang-orang jahil dan tidak beradab, hari ini perempuan-perempuan diperbudak oleh faktor ekonomi. Bahkan ada pula perempuan-perempuan masa kini yang menyenangi profesi maksiat yang ia lakukan. Selanjutnya, terkait adanya penyebutan Kohati Tangguh yang sering kita dengar di dalam organisasi kita HMI, menurut saya sosok Kohati Tangguh adalah bagaimana ia Kohati memahami jati dirinya sebagai perempuan yang mana derajatnya telah diangkat dan dilindungi oleh Allah Swt. lewat Al-Qur’an dan memahami harkat martabatnya seperti yang telah diperjuangkan oleh Rasulullah Saw. Setelah HMI-Wati Kohati memahami hal-hal tersebut, maka dia akan mempraktikkan apa yang telah diperintahkan Allah Swt. serta Rasuln-Nya dan menjauhi segala apa yang dilarang oleh Allah Swt. serata Rasulullah Saw. Jadilah ia Kohati Tangguh. Kohati Tangguh akan mempertahankan kesuciannya, harkat dan martabatnya sehingga tidak diperbudakan oleh sistem-sistem buatan manusia yang menurunkan derajatnya kesuciannya. Kohati Tangguh akan mempertahankan derajat kesuciannya sebagai perempuan Muslimah dari perbudakan dan diskriminasi adat istiadat yang berlaku. Kohati Tangguh tidak mudah terpengaruh oleh formalisme dan normativisme yang sifatnya materialisme karena dapat merusak masa depannya sebagai seorang perempuan. Dan Kohati Tangguh tidak akan sudi digadaikan atau menggadaikan martabatnya sebagai perempuan demi mengejar harta dan jabatan. Selanjutnya, Kohati Tangguh tida hanya dipandang dari fisiknya, militansinya dan loyalitasnya kepada organisasinya saja. Akan tetapi, dilihat juga dari militansinya untuk menjadi seorang perempuan yang sholeha. Mempersiapkan dirinya menjadi seorang perempuan yang berkualitas karena kelak dia akan menjadi seorang ibu yang membesarkan dan merawat anak-anaknya. Kohati Tangguh siap mengabdi kepada Tuhannya, Allah Swt. serta kepada Rasul-Nya dan menuruti suaminya selama berada di jalan Allah Swt. Kohati Tangguh juga dapat memperjuangkan kaum-kaum perempuan yang tertindas oleh sistem tanpa harus menjadi seorang pejabat publik. Kohati Tangguh dapat menyuarakan aspirasi-aspirasi perempuan selama itu tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam, yang menjadi asas dalam organisasinya. Artinya, Kohati Tangguh dapat menjadi aktivis perempuan atau pejuang perempuan tanpa harus seperti yang digambarkan oleh orang-orang Barat, dengan fisik harus seperti laki-laki, gaya hidup seperti laki-laki, dan menyamakan tanpa batas. Kohati Tangguh tidak lagi terpenjara dengan adanya stigma dan cara pandang persepsi masyarakat bahwa perempuan itu tidak ada gunanya sekolah tinggi-tinggi, toh nanti di dapur juga, toh nanti memasak juga, mencuci piring dan baju suami. Ini adalah cara pandang yang sempit dan salah memahami kalimat “melayani suami” dan salah memahami tugas seorang perempuan. Melayani suami memang menjadi tugas seorang isteri perempuan, akan tetapi memahami kalimat itu saya tekankan tidak secara sempit. Terkait masalah di dapur memasak, di sumur mencuci, menyapu dan pekerjaan umum lainnya yang sering dikerjakan perempuan, laki-laki juga harus mengerjakannya selagi isteri sedang tidak bisa mengerjakannya, misalnya si isteri sedang sakit. Atau pekerjaan itu dapat dilakukan secara bersama-sama apabila suami sedang tidak sibuk bekerja, karena itu merupakan tanda daripada harmonisnya dan romatisnya hubungan suami-isteri. Bukankah Rasulullah Saw. pernah mencontohkannya ketika bersama Aisyah ra. di dapur pada saat memasak, Rasulullah Saw. membantu isteri tercinta untuk menyiapkan makanan walau seadanya. Bukankah Rasulullah Saw. juga pernah membersihkan rumahnya. Bukan berarti pula perempuan isteri mengabaikan selama pekerjaan itu dan harus setiap hari dikerjakan si suami. Ada memang suatu pekerjaan bisa dilakukan suami tapi tak bisa dikerjakan si isteri, begitu juga sebalik, pekerjaan yang dapat dikerjakan si isteri tapi tidak dapat dikerjakan oleh seorang suami. Dan ada juga pekerjaan yang sama-sama dapat dikerjakan, tanpa harus melihat apakah dia seorang perempuana tau dia seorang laki-laki. Tidaklah mungkin seorang suami dapat memberikan menyusui Air Susu Ibu ASI kepada bayi mereka. Tidak mungkin pula jika seorang isteri menjadi imam shalat berjama’ah di rumah dan si suami menjadi makmumnya. Tidak etis pula seoranga suami memasak sedangkan si isteri lagi bersantai-santai sambil mendengarkan alunan musik instrumental. Pastinya tidak jadi masalah pula jika si suami memasak atau membersikan lantai rumah saat si isteri sedang menyusui anaknya yang masih bayi. Tidak masuk di akal atau tentunya tidak tega jika si isteri mencari nafkah penghidupan keluarga sedangkan si suami duduk santai menghabiskan waktu di Warung Kopi sambil bermain catur dan atau bermain kartu judi. Terkait masalah-masalah yang demikian dan hal-hal yang belum dapat saya sebutkan dalam tulisan ini, tentunya Kohati Tangguh sudah duduk pemahamannya terkait masalah demikian. Maka dari itu, menurut saya mereka HMI-Wati bukan hanya dapat disebut sebagai Kohati Tangguh, tapi juga HMI-Wati yang menjadi sosok perempuan ideal. Seperti yang saya bicarakan dalam tulisan-tulisan sebelumnya. Akhir kata, saya kutipkan sebuah hadits dari Rasulullah Saw. yang diriwayatkan oleh Imam Muslim; “Sesungguhnya dunia itu adalah perhiasan, dan sebaik-baiknya perhiasan dunia adalah perempuan-perempuan sholeha.” Mudah-mudahan Allah Swt. menjadikan Kohati Tangguh menjadi sebaik-baiknya perhiasan dunia seperti yang dimaksudkan dalam hadits tersebut, yaitu menjadi perempuan yang sholeha. Amiinn.[] Penulis Ibnu Arsib Instruktur HMI Cabang Medan *Artikel ini lebih dulu dimuat di pada 2018. Continue Reading
kata bijak kohati hmi